Selasa, 14 Februari 2017

MENDAKI GUNUNG: CARA CERDAS DI TENGAH SUHU POLITIK YANG MEMANAS

           Belakangan ini, hampir semua stasiun televisi gencar memberitakan kabar seputar Pilkada, penistaan agama hingga berita-berita yang berpotensi membuat panas hati juga kepala kita. Suasana jelang pemilihan gubernur dan wakilnya yang sesaat lagi akan diadakan di Jakarta memang mampu menyedot antusias masyarakat untuk terus mengikuti perkembangannya. Masing-masing pasangan calon gubernur yang diusung dan didukung beberapa partai politik juga sudah mempersiapkan visi dan misinya. Meski semuanya sama-sama ingin mewujudkan Jakarta yang maju dan rakyatnya sejahtera, namun persaingan diantara pasangan calon tersebut tak jarang membuat kondisi ibukota jadi rentan memanas.

           Bukan hal yang aneh bila setiap negara ini akan mengadakan pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden, tensi politiknya akan segera mencuat tinggi. Mulai dari kampanye hitam hingga kampanye ilegal lainnya yang jelas-jelas dilarang bisa terjadi didepan mata. Rumor, fitnah atau pun kata-kata yang bersifat menghina pasangan calon lawannya kerap dilontarkan pendukung dari kubu pasangan lain demi bisa membentuk sebuah opini atau persepsi negatif di mata rakyat terhadap calon tertentu. Yang lebih menyedihkan, isu SARA kerap kali digunakan sebagai topeng dalam menjalankan kampanye kotor tersebut. Disini, agama lagi-lagi menjadi senjata pamungkas untuk menjatuhkan dan menghabisi lawan-lawannya yang berbeda keyakinan, persepsi hingga ideologi. Di bawah panji-panji agama itulah maka banyak sekali oknum yang saat ini mencoba meraih simpati dari masyarakat mayoritas.

           Tentunya ada sebagian dari kita yang sudah muak dengan segala pemberitaan di televisi yang tak henti-hentinya menjajakan kabar tentang demonstrasi, konflik antar ormas yang berujung aksi anarkis hingga upaya untuk menjegal salah satu calon gubernur dengan dalih penistaan agama. Belum lagi ditambah beredarnya hoax serta kabar-kabar bermuatan fitnah dan kebencian yang sengaja dihembuskan melalui broadcast message, meme ataupun artikel-artikel picisan yang sepertinya dibuat atas pesanan pihak-pihak tertentu. Mereka yang merasa jengkel dengan berita-berita tersebut sudah pasti akan berusaha melarikan diri dari situasi semacam ini demi mencegah pikirannya dirusak dan dikotori oleh hal-hal tadi.

           Ketika mengalami hal seperti yang disebutkan di atas, biasanya seseorang akan mencari kesibukan yang bisa membuat pikirannya kembali fresh. Ada yang berlibur ke luar kota, pergi ke pantai, ke pulau, bahkan sekarang ini tidak sedikit dari mereka yang melakukan kegiatan berpetualang sambil menikmati sejuknya udara pegunungan. Memang, alam sering kali menjadi alternatif bagi kita untuk menghilangkan stres dan penat akibat didera rutinitas. Nah, salah satu kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam adalah mendaki gunung, kegiatan ini tidak hanya menyehatkan tubuh tapi juga bisa menyehatkan hati dan pikiran. Logikanya, apabila hati dan pikiran sudah terbebas dari hal-hal yang bersifat dengki ataupun benci maka akan banyak kebaikan yang bisa didapat, diantaranya: tidak mudah stres, meningkatkan kekebalan tubuh dan secara tidak langsung akan membuat anda menjadi pribadi yang selalu berpikir positif. Saya akan mengutip kata-kata dari Sir Martin Conway, seorang berkebangsaan Inggris yang pada tahun 1892 memimpin sebuah ekspedisi ke gunung K2 (8.611 mdpl) yang berbunyi: each fresh peak ascended teaches something (setiap puncak yang baru didaki selalu mengajarkan sesuatu). Sangat jelas bahwa kegiatan ini akan selalu memberikan kita pengalaman dan pelajaran tentang bagaimana seorang pendaki memaknai hidup kala dirinya berada di gunung. Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri satu-persatu manfaat mendaki gunung di bawah ini:

Mendaki, olahraga yang belakangan ini mulai digandrungi oleh berbagai kalangan.


1.   Jantung dan paru-paru jadi semakin sehat

           Pada saat sedang melakukan pendakian, otot utama yang digunakan untuk respirasi akan bekerja sehingga aliran oksigen pun semakin lancar. Selain itu, kapasitas kerja jantung dan paru-paru juga akan meningkat. Dengan demikian, kegiatan ini bisa meminimalisir kemungkinan stroke atau serangan jantung, mengoptimalkan suplai oksigen dan peredaran darah, meningkatkan metabolisme tubuh dan memperbaiki efektivitas jantung dan paru-paru.

2.   Meningkatkan daya tahan tubuh

           Olahraga ini juga sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebab berpengaruh terhadap hormon pada tubuh kita. Alhasil, setiap kali mendaki gunung akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membuat kita tidak mudah terserang penyakit.

3.   Mencegah osteoporosis

           Mendaki gunung tidak jauh berbeda dengan olahraga jalan kaki, yang membedakan hanya tekstur medan dan tempatnya saja. Pada kegiatan ini, seorang pendaki setidaknya akan berjalan di bawah paparan sinar matahari pagi selama lebih dari 15 menit. Biasanya, mereka yang menuju puncak gunung untuk menikmati sunrise bakal mengalaminya pada saat perjalanan turun ke kemah. Dengan terpapar oleh sinar matahari pagi juga dibarengi tubuh yang selalu bergerak, maka itu pun sudah cukup untuk membebaskan kita dari ancaman osteoporosis atau pengeroposan tulang.

Mendaki tidak hanya dimonopoli oleh para lelaki, kaum hawa pun bisa menikmati petualangan yang tersaji di setiap pendakian.

4.   Membentuk karakter dan mental

           Banyak yang bilang ketika seseorang sedang berada di gunung, karakter aslinya akan terlihat. Beberapa orang mungkin masih banyak yang berasumsi kalau olahraga yang satu ini hanya mengandalkan kekuatan fisik saja, mereka tidak sepenuhnya mengetahui medan yang nantinya akan dihadapi oleh seorang pendaki. Asal tahu saja, alam tidak segampang itu memberikan tontonan gratis kepada para pelaku pendakian, karena terlebih dahulu ia akan menggojlok fisik dan menempa mental mereka baik dengan tanjakan-tanjakan curam, medan yang terjal, derasnya hujan bahkan udara gunung yang membekukan tubuh. Bagi mereka yang tidak mudah putus asa, kosakata menyerah sudah pasti tidak ada di dalam kamusnya. Sekali pun medannya sulit mereka akan berusaha menggapai puncak meski itu bukanlah tujuan utama dari sebuah pendakian. Namun bagi mereka yang berpendirian goyah, tentunya jarak yang terbentang untuk menuju puncak akan selalu disertai keluh kesah. Pada akhirnya, tak jarang pula pendaki yang harus balik badan kembali ke perkemahan sebelum ia mengecap ambisinya untuk menjejak puncak.

           Tubuh yang mulai lelah pun sangat berpengaruh, lelah bisa dikarenakan harus menempuh perjalanan yang panjang dan terus menanjak juga bisa karena faktor dehidrasi. Sebagai contoh, di satu kelompok fisiknya mulai kelelahan, sebagian dari mereka ada yang berpikir untuk tetap meneruskan perjalanan dan ada juga yang meminta untuk beristirahat sejenak, bahkan kalau perlu tidak melanjutkan perjalanan bila keadaannya cukup darurat. disini, mental seorang pendaki kembali diuji oleh situasi apakah ia akan mengutamakan kelompoknya atau lebih cenderung mementingkan egonya sendiri. Pada intinya, setiap tekanan yang muncul dalam pendakian akan menguak pribadi atau karakter asli kita. Siapa yang malas, rajin, teliti, ceroboh, manja, sabar, temperamen atau egois, semua akan terlihat jelas dengan sendirinya.

5.   Melatih kesabaran

           Mendaki medan yang terjal dan terus menanjak bukan perkara gampang, emosi seorang pendaki bisa saja terpancing di saat tubuh mulai merasakan letih. Sebagai contoh ketika seseorang tersesat atau mengalami disorientasi di jalur pendakian, tentunya ia akan panik dan harus segera menemukan jalan keluarnya atau mencari pertolongan. Ia harus membuat keputusan namun setiap keputusan sebaiknya diambil ketika suasana hati sedang tenang meski dirinya tengah berada di dalam tekanan. Mengambil tindakan di kala pikiran sedang kalut dan panik hanya akan membuat keputusan jadi semakin beresiko. Itu sebabnya kegiatan mendaki gunung membutuhkan kesabaran ekstra, karena kelak kesabaran itulah yang akan menghantarkan si pendaki pada indahnya panorama alam.

6.   Lebih mengenal alam

           Ketika gadget dan jaringan internet sudah membuat seseorang betah di dalam rumah, maka orang itu telah mengebiri dirinya sendiri untuk tidak mengenal dan bersentuhan dengan alam. Sekali-kali kita perlu merelaksasi pikiran yang mulai disesaki persoalan atau pekerjaan dengan beraktivitas di alam bebas, sebab pikiran yang jernih akan meningkatkan kualitas kerja. Mendaki gunung merupakan olahraga yang memungkinkan seorang pendaki untuk berinteraksi langsung dengan alam. Di sana, ia bisa merasakan sejuknya udara gunung, bisa melihat rimbunnya belantara raya, menyaksikan gugusan bintang saat malam tiba juga bisa menikmati jernihnya air sungai yang mengalir langsung dari hulunya. Dengan demikian kita telah mengenal alam lebih dekat, bahkan lebih dari yang selama ini kita tahu melalui cerita orang-orang.

7.   Menjadikan alam sebagai media untuk introspeksi diri

           Tuhan Yang Maha Esa menciptakan gunung, bukit, sungai dan lain sebagainya bukan sekadar untuk mempercantik tampilan alam raya semata, namun juga sebagai media agar manusia berpikir. Suasana gunung yang hening dan jauh dari hiruk-pikuk seharusnya bisa dimanfaatkan untuk bertafakur atau mengintrospeksi diri sendiri. Dengan menyaksikan indahnya panorama alam dan megahnya kuasa serta ciptaan Tuhan, seorang pendaki akan merasa betapa kecil dia di antara kebesaran-Nya sehingga tidak ada celah baginya untuk bersifat angkuh atau takabur.

8.   Membuka cakrawala dan menambah pengalaman

           Orang yang gemar mendaki gunung akan menemui banyak hal selama di perjalanan dan berpotensi merubah cara berpikir juga cara pandangnya. Mungkin selama ini ia hanya bisa mempresentasikan keindahan gunung dari dataran rendah, namun kelak ia akan menjabarkan keindahan itu dari perspektif yang berbeda saat nanti dirinya berhasil menggapai puncak gunung dan menatap pemandangan yang terhampar di bawahnya dengan leluasa. Tidak ada yang salah dengan mendaki gunung karena kegiatan tersebut bisa membuka wawasan juga menambah pengalaman seseorang.

9.   Menjalin dan menambah relasi

           Ketika seseorang memutuskan untuk mendaki gunung, ia akan bertemu banyak orang yang karakternya berbeda-beda. Seorang pendaki tidak melulu bertemu dengan sesama pendaki sebab ia juga akan berinteraksi dengan warga setempat yang berprofesi sebagai pedagang, pemilik warung, hingga petani. Yang harus disadari, di gunung segala sesuatu bisa terjadi sehingga kita harus pintar memulai komunikasi dan menggali informasi dari mereka. Dengan adanya interaksi, maka kita telah merajut hubungan dengan orang-orang yang kelak bisa membantu selama pendakian tersebut berlangsung.

10.  Belajar memanage diri, waktu dan perbekalan

           Selain menyenangkan, mendaki juga bisa menjadi ajang untuk membiasakan diri bersikap disiplin. Melatih kesabaran dan tidak mementingkan kehendak sendiri merupakan salah satu manfaat mendaki, yaitu belajar memanage diri. Menentukan waktu perjalanan pun tidak bisa sembarangan karena sebelumnya seorang pendaki harus memiliki gambaran atau informasi tentang medan yang akan dilaluinya. Umumnya pendaki lebih disiplin ketika hendak menuju puncak untuk mendapatkan sunrise, mereka rela bangun beberapa jam sebelum matahari terbit dan tentu dengan memperhitungkan jarak tempuhnya terlebih dahulu. Logistik atau perbekalan juga harus matang dipersiapkan karena akan sangat fatal bila sesampainya di gunung mereka harus kelaparan, dehidrasi atau pun kedinginan akibat kekurangan perbekalan, baik makanan, air maupun perlengkapan lainnya.

11.  Melatih untuk selalu optimistis dan berpikir positif

           Banyaknya kendala dan rintangan selama melakukan pendakian tentunya berpengaruh sekali terhadap mental dan cara berpikir kita. Tidak ada pendakian yang tidak menemukan rintangan, apalagi kalau orientasinya menuju puncak. Cuaca yang buruk, medan yang terjal dan kondisi tubuh yang mungkin masih didera rasa lelah bisa membuat semangat seorang pendaki mengendur, bahkan bukan tidak mungkin mereka akan menjadi pesimistis untuk melanjutkan perjalanannya. Untuk itu, seorang pendaki diharuskan berpikir positif dan selalu optimis setiap kali dirinya tengah mengalami kesulitan, dengan demikian ia tidak akan dilanda rasa panik yang berlebihan. Sikap ini juga sangat baik untuk menjaga kesehatan karena otak dan hati selalu distimulasi untuk tetap berpikir yang positif sehingga kita bisa terhindar dari stres.

           Nah, cukup banyak bukan manfaat yang bisa didapat dari mendaki gunung? Beberapa tahun ini kegiatan mendaki sedang digandrungi oleh berbagai kalangan, jadi anda tidak perlu khawatir bakal kesepian selama berada di jalur pendakian. Namun, sebelum anda memulai kegiatan ini ada baiknya mempersiapkan fisik anda terlebih dahulu dengan berolahraga ringan.

Mendakilah, karena dengan mendaki gunung mata kita akan disuguhi keindahan. Selain itu, kita pun jadi tidak membiarkan hal-hal yang berbau dengki, hasut, fitnah juga kebencian tumbuh subur dan merajalela di hati. Karena apa yang nanti kita dapatkan dari mendaki nilainya jauh lebih beradab daripada hanya bisa menghujat dan membenci.

           “Belajar tentang alam, mencintai alam dan hidup dekat dengan alam tidak akan pernah membuatmu gagal” – Frank Llyoid Wright.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar