Belakangan
ini, hampir semua stasiun televisi gencar memberitakan kabar seputar Pilkada,
penistaan agama hingga berita-berita yang berpotensi membuat panas hati juga
kepala kita. Suasana jelang pemilihan gubernur dan wakilnya yang sesaat lagi
akan diadakan di Jakarta memang mampu menyedot antusias masyarakat untuk terus
mengikuti perkembangannya. Masing-masing pasangan calon gubernur yang diusung
dan didukung beberapa partai politik juga sudah mempersiapkan visi dan misinya.
Meski semuanya sama-sama ingin mewujudkan Jakarta yang maju dan rakyatnya sejahtera,
namun persaingan diantara pasangan calon tersebut tak jarang membuat kondisi
ibukota jadi rentan memanas.
Bukan hal yang aneh bila setiap negara
ini akan mengadakan pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden, tensi
politiknya akan segera mencuat tinggi. Mulai dari kampanye hitam hingga
kampanye ilegal lainnya yang jelas-jelas dilarang bisa terjadi didepan mata.
Rumor, fitnah atau pun kata-kata yang bersifat menghina pasangan calon lawannya
kerap dilontarkan pendukung dari kubu pasangan lain demi bisa membentuk sebuah
opini atau persepsi negatif di mata rakyat terhadap calon tertentu. Yang lebih
menyedihkan, isu SARA kerap kali digunakan sebagai topeng dalam menjalankan
kampanye kotor tersebut. Disini, agama lagi-lagi menjadi senjata pamungkas
untuk menjatuhkan dan menghabisi lawan-lawannya yang berbeda keyakinan,
persepsi hingga ideologi. Di bawah panji-panji agama itulah maka banyak sekali
oknum yang saat ini mencoba meraih simpati dari masyarakat mayoritas.
Tentunya ada sebagian dari kita yang
sudah muak dengan segala pemberitaan di televisi yang tak henti-hentinya
menjajakan kabar tentang demonstrasi, konflik antar ormas yang berujung aksi
anarkis hingga upaya untuk menjegal salah satu calon gubernur dengan dalih
penistaan agama. Belum lagi ditambah beredarnya hoax serta kabar-kabar
bermuatan fitnah dan kebencian yang sengaja dihembuskan melalui broadcast message, meme ataupun
artikel-artikel picisan yang sepertinya dibuat atas pesanan pihak-pihak tertentu.
Mereka yang merasa jengkel dengan berita-berita tersebut sudah pasti akan
berusaha melarikan diri dari situasi semacam ini demi mencegah pikirannya dirusak
dan dikotori oleh hal-hal tadi.
Ketika mengalami hal seperti yang
disebutkan di atas, biasanya seseorang akan mencari kesibukan yang bisa membuat
pikirannya kembali fresh. Ada yang
berlibur ke luar kota, pergi ke pantai, ke pulau, bahkan sekarang ini tidak
sedikit dari mereka yang melakukan kegiatan berpetualang sambil menikmati
sejuknya udara pegunungan. Memang, alam sering kali menjadi alternatif bagi
kita untuk menghilangkan stres dan penat akibat didera rutinitas. Nah, salah
satu kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam adalah mendaki gunung,
kegiatan ini tidak hanya menyehatkan tubuh tapi juga bisa menyehatkan hati dan
pikiran. Logikanya, apabila hati dan pikiran sudah terbebas dari hal-hal yang
bersifat dengki ataupun benci maka akan banyak kebaikan yang bisa didapat,
diantaranya: tidak mudah stres, meningkatkan kekebalan tubuh dan secara tidak
langsung akan membuat anda menjadi pribadi yang selalu berpikir positif. Saya
akan mengutip kata-kata dari Sir Martin Conway, seorang berkebangsaan Inggris
yang pada tahun 1892 memimpin sebuah ekspedisi ke gunung K2 (8.611 mdpl) yang
berbunyi: each fresh peak ascended
teaches something (setiap puncak yang baru didaki selalu mengajarkan
sesuatu). Sangat jelas bahwa kegiatan ini akan selalu memberikan kita
pengalaman dan pelajaran tentang bagaimana seorang pendaki memaknai hidup kala
dirinya berada di gunung. Untuk lebih jelasnya, mari kita telusuri satu-persatu
manfaat mendaki gunung di bawah ini:
Mendaki, olahraga yang belakangan ini mulai digandrungi oleh berbagai kalangan. |
1. Jantung dan paru-paru jadi semakin sehat
Pada
saat sedang melakukan pendakian, otot utama yang digunakan untuk respirasi akan
bekerja sehingga aliran oksigen pun semakin lancar. Selain itu, kapasitas kerja
jantung dan paru-paru juga akan meningkat. Dengan demikian, kegiatan ini bisa
meminimalisir kemungkinan stroke atau serangan jantung, mengoptimalkan suplai
oksigen dan peredaran darah, meningkatkan metabolisme tubuh dan memperbaiki
efektivitas jantung dan paru-paru.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
Olahraga
ini juga sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebab berpengaruh
terhadap hormon pada tubuh kita. Alhasil, setiap kali mendaki gunung akan
meningkatkan daya tahan tubuh dan membuat kita tidak mudah terserang penyakit.
3. Mencegah osteoporosis
Mendaki gunung tidak jauh berbeda
dengan olahraga jalan kaki, yang membedakan hanya tekstur medan dan tempatnya
saja. Pada kegiatan ini, seorang pendaki setidaknya akan berjalan di bawah
paparan sinar matahari pagi selama lebih dari 15 menit. Biasanya, mereka yang
menuju puncak gunung untuk menikmati sunrise
bakal mengalaminya pada saat perjalanan turun ke kemah. Dengan terpapar oleh
sinar matahari pagi juga dibarengi tubuh yang selalu bergerak, maka itu pun sudah
cukup untuk membebaskan kita dari ancaman osteoporosis atau pengeroposan
tulang.
Mendaki
tidak hanya dimonopoli oleh para lelaki, kaum hawa pun bisa menikmati
petualangan yang tersaji di setiap pendakian.
|
4. Membentuk karakter dan mental
Banyak
yang bilang ketika seseorang sedang berada di gunung, karakter aslinya akan
terlihat. Beberapa orang mungkin masih banyak yang berasumsi kalau olahraga
yang satu ini hanya mengandalkan kekuatan fisik saja, mereka tidak sepenuhnya
mengetahui medan yang nantinya akan dihadapi oleh seorang pendaki. Asal tahu
saja, alam tidak segampang itu memberikan tontonan gratis kepada para pelaku
pendakian, karena terlebih dahulu ia akan menggojlok fisik dan menempa mental
mereka baik dengan tanjakan-tanjakan curam, medan yang terjal, derasnya hujan
bahkan udara gunung yang membekukan tubuh. Bagi mereka yang tidak mudah putus
asa, kosakata menyerah sudah pasti tidak ada di dalam kamusnya. Sekali pun
medannya sulit mereka akan berusaha menggapai puncak meski itu bukanlah tujuan
utama dari sebuah pendakian. Namun bagi mereka yang berpendirian goyah,
tentunya jarak yang terbentang untuk menuju puncak akan selalu disertai keluh
kesah. Pada akhirnya, tak jarang pula pendaki yang harus balik badan kembali ke
perkemahan sebelum ia mengecap ambisinya untuk menjejak puncak.
Tubuh yang mulai lelah pun sangat
berpengaruh, lelah bisa dikarenakan harus menempuh perjalanan yang panjang dan
terus menanjak juga bisa karena faktor dehidrasi. Sebagai contoh, di satu
kelompok fisiknya mulai kelelahan, sebagian dari mereka ada yang berpikir untuk
tetap meneruskan perjalanan dan ada juga yang meminta untuk beristirahat
sejenak, bahkan kalau perlu tidak melanjutkan perjalanan bila keadaannya cukup
darurat. disini, mental seorang pendaki kembali diuji oleh situasi apakah ia
akan mengutamakan kelompoknya atau lebih cenderung mementingkan egonya sendiri.
Pada intinya, setiap tekanan yang muncul dalam pendakian akan menguak pribadi
atau karakter asli kita. Siapa yang malas, rajin, teliti, ceroboh, manja, sabar,
temperamen atau egois, semua akan terlihat jelas dengan sendirinya.
5. Melatih kesabaran
Mendaki medan yang terjal dan terus
menanjak bukan perkara gampang, emosi seorang pendaki bisa saja terpancing di
saat tubuh mulai merasakan letih. Sebagai contoh ketika seseorang tersesat atau
mengalami disorientasi di jalur pendakian, tentunya ia akan panik dan harus
segera menemukan jalan keluarnya atau mencari pertolongan. Ia harus membuat
keputusan namun setiap keputusan sebaiknya diambil ketika suasana hati sedang
tenang meski dirinya tengah berada di dalam tekanan. Mengambil tindakan di kala
pikiran sedang kalut dan panik hanya akan membuat keputusan jadi semakin
beresiko. Itu sebabnya kegiatan mendaki gunung membutuhkan kesabaran ekstra,
karena kelak kesabaran itulah yang akan menghantarkan si pendaki pada indahnya
panorama alam.
6. Lebih mengenal alam
Ketika gadget dan jaringan internet sudah
membuat seseorang betah di dalam rumah, maka orang itu telah mengebiri dirinya
sendiri untuk tidak mengenal dan bersentuhan dengan alam. Sekali-kali kita
perlu merelaksasi pikiran yang mulai disesaki persoalan atau pekerjaan dengan
beraktivitas di alam bebas, sebab pikiran yang jernih akan meningkatkan
kualitas kerja. Mendaki gunung merupakan olahraga yang memungkinkan seorang
pendaki untuk berinteraksi langsung dengan alam. Di sana, ia bisa merasakan
sejuknya udara gunung, bisa melihat rimbunnya belantara raya, menyaksikan
gugusan bintang saat malam tiba juga bisa menikmati jernihnya air sungai yang
mengalir langsung dari hulunya. Dengan demikian kita telah mengenal alam lebih
dekat, bahkan lebih dari yang selama ini kita tahu melalui cerita orang-orang.
7. Menjadikan alam sebagai media untuk introspeksi diri
Tuhan
Yang Maha Esa menciptakan gunung, bukit, sungai dan lain sebagainya bukan
sekadar untuk mempercantik tampilan alam raya semata, namun juga sebagai media
agar manusia berpikir. Suasana gunung yang hening dan jauh dari hiruk-pikuk seharusnya
bisa dimanfaatkan untuk bertafakur atau mengintrospeksi diri sendiri. Dengan
menyaksikan indahnya panorama alam dan megahnya kuasa serta ciptaan Tuhan,
seorang pendaki akan merasa betapa kecil dia di antara kebesaran-Nya sehingga
tidak ada celah baginya untuk bersifat angkuh atau takabur.
8. Membuka cakrawala dan menambah pengalaman
Orang
yang gemar mendaki gunung akan menemui banyak hal selama di perjalanan dan
berpotensi merubah cara berpikir juga cara pandangnya. Mungkin selama ini ia
hanya bisa mempresentasikan keindahan gunung dari dataran rendah, namun kelak
ia akan menjabarkan keindahan itu dari perspektif yang berbeda saat nanti
dirinya berhasil menggapai puncak gunung dan menatap pemandangan yang terhampar
di bawahnya dengan leluasa. Tidak ada yang salah dengan mendaki gunung karena
kegiatan tersebut bisa membuka wawasan juga menambah pengalaman seseorang.
9. Menjalin dan menambah relasi
Ketika
seseorang memutuskan untuk mendaki gunung, ia akan bertemu banyak orang yang
karakternya berbeda-beda. Seorang pendaki tidak melulu bertemu dengan sesama
pendaki sebab ia juga akan berinteraksi dengan warga setempat yang berprofesi
sebagai pedagang, pemilik warung, hingga petani. Yang harus disadari, di gunung
segala sesuatu bisa terjadi sehingga kita harus pintar memulai komunikasi dan
menggali informasi dari mereka. Dengan adanya interaksi, maka kita telah
merajut hubungan dengan orang-orang yang kelak bisa membantu selama pendakian
tersebut berlangsung.
10. Belajar memanage diri, waktu dan perbekalan
Selain menyenangkan, mendaki juga
bisa menjadi ajang untuk membiasakan diri bersikap disiplin. Melatih kesabaran
dan tidak mementingkan kehendak sendiri merupakan salah satu manfaat mendaki,
yaitu belajar memanage diri. Menentukan waktu perjalanan pun tidak bisa
sembarangan karena sebelumnya seorang pendaki harus memiliki gambaran atau
informasi tentang medan yang akan dilaluinya. Umumnya pendaki lebih disiplin
ketika hendak menuju puncak untuk mendapatkan sunrise, mereka rela bangun beberapa jam sebelum matahari terbit
dan tentu dengan memperhitungkan jarak tempuhnya terlebih dahulu. Logistik atau
perbekalan juga harus matang dipersiapkan karena akan sangat fatal bila
sesampainya di gunung mereka harus kelaparan, dehidrasi atau pun kedinginan
akibat kekurangan perbekalan, baik makanan, air maupun perlengkapan lainnya.
11. Melatih untuk selalu optimistis dan berpikir positif
Banyaknya
kendala dan rintangan selama melakukan pendakian tentunya berpengaruh sekali
terhadap mental dan cara berpikir kita. Tidak ada pendakian yang tidak
menemukan rintangan, apalagi kalau orientasinya menuju puncak. Cuaca yang
buruk, medan yang terjal dan kondisi tubuh yang mungkin masih didera rasa lelah
bisa membuat semangat seorang pendaki mengendur, bahkan bukan tidak mungkin
mereka akan menjadi pesimistis untuk melanjutkan perjalanannya. Untuk itu,
seorang pendaki diharuskan berpikir positif dan selalu optimis setiap kali
dirinya tengah mengalami kesulitan, dengan demikian ia tidak akan dilanda rasa
panik yang berlebihan. Sikap ini juga sangat baik untuk menjaga kesehatan
karena otak dan hati selalu distimulasi untuk tetap berpikir yang positif
sehingga kita bisa terhindar dari stres.
Nah, cukup banyak bukan manfaat yang bisa
didapat dari mendaki gunung? Beberapa tahun ini kegiatan mendaki sedang
digandrungi oleh berbagai kalangan, jadi anda tidak perlu khawatir bakal
kesepian selama berada di jalur pendakian. Namun, sebelum anda memulai kegiatan
ini ada baiknya mempersiapkan fisik anda terlebih dahulu dengan berolahraga
ringan.
Mendakilah, karena dengan mendaki gunung mata
kita akan disuguhi keindahan. Selain itu, kita pun jadi tidak membiarkan
hal-hal yang berbau dengki, hasut, fitnah juga kebencian tumbuh subur dan
merajalela di hati. Karena apa yang nanti kita dapatkan dari mendaki nilainya jauh
lebih beradab daripada hanya bisa menghujat dan membenci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar