Pada hari minggu tanggal 13 September 2015 lalu, pihak Yayasan Perguruan Ksatrya mengadakan pementasan drama musikal yang berjudul
“Ksatrya Wreda” di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Mardzuki, Jakarta Pusat.
Dengan disutradarai oleh Bambang Ismantoro atau Be’i yang merupakan jebolan
Dapur Teater, drama ini mengisahkan tentang tekad seorang guru yang mendidik
dengan ketulusan dan kebulatan hati. Sesuai dengan jargon yang diusung drama tersebut, yaitu : Belajar Dengan Hati Suci, Mengajar Dengan Cinta
Suci, Korupsi Tak Perlu Hati. Diangkat berdasarkan kisah nyata dengan
sedikit dibumbui adegan yang didramatisir agar jalan ceritanya jadi semakin
menarik untuk diikuti. Latihan drama dimulai sejak bulan April, sehingga sudah
beberapa kali terjadi pergantian pemain dan kru.
|
Empat tokoh didalam drama Ksatrya Wreda : pak Suheli, pak Dzul, pak Koentadi, dan pak Moelyono. |
Pementasan
ini melibatkan pelajar-pelajar SMA, SMK dan SMP Ksatrya, para alumni Yayasan
Perguruan Ksarya, anggota PALAPSA (Pencinta Alam Ksatrya), juga beberapa pihak
luar yang memiliki kontribusi yang sangat berarti bagi suksesnya acara ini. Untuk memacu semangat para pemainnya, sang ketua yayasan beberapa waktu lalu
mengatakan akan kembali menghidupkan teater Ksatrya yang dulu pernah ada dan
berjaya. Rencana ini pun disambut hangat oleh sebagian kalangan.
|
Poster Ksatrya Wreda |
MEREKA
YANG BERKONTRIBUSI :
Berikut
ini adalah mereka yang terlibat didalam pementasan Ksatrya Wreda, baik para
pemeran maupun mereka yang terlibat dibalik layar:
1. Bambang
Ismantoro (Sutradara)
2. Suwardi Sulaiman (Produser)
3. Nunung Herina (Pimpinan Produksi)
4. Gandjar Dewa Artha (Wakil Pimpinan Produksi)
5. Bambang
Suhermanto (Set Artistik)
6. Nico
Nainggolan (Penata Musik)
7. Decky
Setiawan (Penata Tari)
8. Lucan
(Properti)
9. Jumiati
(Konsumsi & Pemeran Mpok Siti)
10. Theresia
(Bendahara)
11. Ivan
Saputra (Pemeran Sulaiman)
12. Maulana
(Pemeran Raksa)
13. Djati
Sudoyo (Pemeran Pak Koentadi)
14. Kardi
(Pemeran Mbah Dukun)
15. Rivai
(Pemeran Pak A.T Effendi & Ketua Yayasan Lama)
16. Syahril
(Pemeran Pak Moeljono)
17. Ahmad Isa
(Pemeran Pak Suheli)
18. Hendi
Roswandi (Pemeran Pak Dzulkarnain)
19. Heri
(Pemeran Pak Tugiyo)
20. Desca
Intan (Pembaca Puisi & Pembawa Acara)
21. Slamet
Rahardja (Pemeran Pak Sugiyanto & Petugas PMR)
22. Ade
Kustini (Seksi Kostum Pemain)
Awal
cerita muncullah sosok legendaris dari sayap panggung, yaitu pak Koen yang
diperankan oleh Djati Sudoyo, yang sedang berdiri diluar gerbang sekolah sambil
mengamati para pelajar SMP yang baru saja datang. Hiruk pikuk para penonton pun
terdengar bergemuruh dari tribun tengah. Ada yang memberi aplaus kepada sang
pemeran pak Koen, namun ada juga yang sepertinya tidak puas dengan melihat
kenyataan bahwa pak Koen jadi sekurus itu. Pak A.T Effendi datang menyambut
pak Koen, untuk kemudian ia berpamit diri. Lonceng dibunyikan oleh pak Tugiyo,
ia lalu menutup gerbang dan menguncinya. Tak lama kemudian, anggota paduan
suara SMP Ksatrya kala itu mulai berkumpul ditengah lapangan, mereka lalu
menyanyikan lagu Mars Ksatrya. Para penonton mulai terbawa suasana, mereka
seperti merasakan kembali masa-masa kala mereka masih bersekolah di perguruan
tersebut, sehingga tanpa diminta pun akhirnya mereka ikut menyanyikannya.
|
Paduan Suara SMP Ksatrya menyanyikan lagu Mars Ksatrya di awal pertunjukan. |
Di
segmen berikutnya muncul seorang anak muda yang ditemani kakak perempuannya,
mereka berniat untuk menemui pak Suheli. Anak muda itu adalah Sulaiman, yang
tidak lain manifestasi dari sang ketua yayasan, yang didalam cerita ini dikukuhkan
sebagai tokoh yang akan melanjutkan perjuangan para Ksatrya Wreda. Ternyata, Sulaiman sebelumnya sudah
mengintimidasi wali kelasnya agar dinaikkan ke kelas III. Dan memang pada akhirnya pak Suheli mengizinkan anak muda itu naik ke kelas III juga.
|
Pak Suheli tengah berbincang dengan Sulaiman dan Mpok Siti. |
Sulaiman
muda menjadi sorotan bagi para pelajar SMP, bahkan pak Koentadi pun tertarik
dengan perilaku anak muda tersebut. Diceritakan disini bahwa Sulaiman selalu
memiliki masalah dengan beberapa guru, diantaranya pak Suheli. Ada satu adegan
dimana pak Suheli menghukum Sulaiman yang saat itu tertangkap basah tengah
merokok disudut ruangan, selain itu ada juga adegan saat Sulaiman disuruh
meloncat-loncat dengan satu kaki ketika ia mengenakan celana yang ukurannya
tidak sesuai dengan yang ada di tata tertib sekolah. Dimata guru-guru, Sulaiman
hanya seorang pelajar nakal yang minim prestasi. Tapi tidak demikian dimata pak
Koentadi, ia melihat potensi Sulaiman dari sudut pandang yang lain. Sulaiman
yang secara psikologis merasa terkucil dari pergaulan karena ulahnya, secara
perlahan mulai diangkat rasa percaya dirinya oleh pak Koentadi. Ia memberikan
dorongan moral kepada Sulaiman yang pada saat itu digambarkan mulai jadi sosok
yang apatis ditengah-tengah lingkungan dan pergaulannya.
|
Pak Koentadi sedang memberikan support kepada Sulaiman yang dianggapnya berbeda dari pelajar-pelajar yang lain. |
Rasa
percaya diri itu akhirnya muncul manakala Sulaiman merasa tertantang untuk
ambil bagian didalam suatu penjelajahan. Perlahan-lahan, karakter angkuh dan
acuh tak acuh itu segera pudar seiring berjalannya waktu. Rasa simpati terhadap
pak Koentadi mulai tumbuh, bahkan ia tidak segan-segan menolong rekannya yang
mengalami kecelakaan pada saat menjelajah medan. Rupanya, ketulusan pak
Koentadi dalam mendidik mampu meluluh lantakkan keangkuhan seorang Sulaiman.
|
Sulaiman dan beberapa rekannya sedang menolong salah seorang anggota penjelajahan yang terjatuh. |
Waktu
terus berlalu, Sulaiman sudah beranjak remaja. Ia tidak lagi berstatus sebagai
pelajar SMP, namun ia sudah menjadi pelajar SMA. Sekali waktu Sulaiman datang
lebih awal, bahkan pak Tugiyo pun belum membuka pintu gerbang sekolah.
Kepribadian Sulaiman terlihat mulai sedikit tenang dan ramah, namun ketenangan
itu harus sirna manakala darah mudanya bergejolak akibat melihat seorang
pelajar wanita yang tengah digoda oleh seorang pelajar pria. Perkelahian tak
bisa dielakkan, Sulaiman baku hantam dengan lelaki tadi. Sulaiman berhasil
merobohkan lawannya, sang pelajar wanita pun histeris hingga dua orang teman
pelajar yang roboh itu mulai berdatangan. Sulaiman nyaris dikeroyok oleh kedua
pelajar tersebut, beruntung pak Tugiyo berhasil melerai mereka. Perkelahian
terhenti, para pelajar itu pergi meninggalkan pelataran parkiran sekolah. Tidak
jauh dari pusat keributan tadi, tampak sepasang mata licik yang menyelisik keadaan
dan bergumam sendiri diantara ambisi yang sekian lama telah ia sembunyikan.
|
Beginilah cara Sulaiman memberi pelajaran kepada salah seorang pelajar yang tengah menggoda siswi di sekolahnya. |
Malapetaka
mulai datang tanpa disadari oleh mereka yang selama ini menjadi ujung tombak di
Yayasan Perguruan Ksatrya. Raksa, si tukang sapu sekolah itu, perlahan
menyimpan ambisi besar untuk bisa menguasai perguruan ini. Strategi licik ia
jalankan, bahkan ia tak segan-segan untuk meminta bantuan dari seorang dukun.
Setelah ketua yayasan lama yang tua renta mulai sakit-sakitan, Raksa segera
mengumbar janji pada orang tua itu bahwa ia bisa membuat perguruan ini menjadi
panutan bagi dunia pendidikan sejagad raya. Rupanya ketua yayasan percaya
dengan omongan Raksa, hingga akhirnya Raksa pun didapuk menjadi ketua yayasan
yang baru.
|
Raksa sedang berusaha mengambil hati ketua yayasan yang lama. |
Alkisah,
Raksa mulai menikmati jabatannya dan hidup bergelimang harta. Sang dukun yang
juga merupakan guru spiritualnya memberikan sebuah pusaka berupa cemeti, yang
bisa digunakan manakala ia tengah berada didalam keadaan yang sangat genting.
Raksa juga diajarkan melakukan ritual yang wajib ia laksanakan untuk bisa
memperlancar segala ambisinya itu. Dengan keadaannya yang berada diatas angin
tersebut, Raksa akhirnya mulai kehilangan kendali dengan memecat guru-guru lama
dan menyalahgunakan dana demi memenuhi kepentingan pribadinya saja. Unjuk rasa
dari berbagai elemen pelajar yang mengenyam pendidikan di perguruan itupun
meledak. Mereka mendesak Raksa untuk segera mundur dari jabatannya dan diadili
sesegera mungkin. Sayangnya, pekik lantang suara mereka mampu diredam oleh aksi
brutal para serdadu bayaran kepercayaan Raksa.
|
Unjuk rasa para pelajar perguruan Ksatrya kocar-kacir diamuk para serdadu bayaran kepercayaan Raksa. |
Rasa marah atau mungkin juga karena sakit hati lantaran jasa-jasa mereka tidak
dihargai, keempat guru tadi, yaitu pak Koentadi, pak Moeljono, pak Suheli dan
pak Dzulkarnain, akhirnya membuat konspirasi untuk bisa menggulingkan Raksa
dari posisinya. Mereka sudah bertekad untuk perang melawan eks tukang sapu
sekolahan tersebut. Pertempuran tak seimbang pun terjadi, keempat guru terlibat
pertarungan dengan sang tirani. Segala kemampuan mereka kerahkan, namun
bagaimanapun juga mereka hanyalah ksatrya renta yang sudah ompong dimakan usia
senja, tak sebanding dengan Raksa yang muda dan memiliki kekuatan dibalik
cemeti saktinya. Keempat ksatrya tua itu akhirnya tumbang satu-persatu, Raksa
tetap unggul tak tertandingi.
|
Satu-persatu para Ksatrya Wreda tumbang oleh kesaktian yang dimiliki Raksa. |
Pak
Koentadi meratapi kekalahannya, sekaligus mengumpat atas ketidak mampuannya
dalam mengalahkan Raksa. Ia menyanyikan lagu Mars Ksatrya dengan nada gemetar
dan sedikit putus asa, ketiga guru tua yang lain terbangun. Mereka kembali
terlibat didalam suatu percakapan yang isinya tak lain adalah bagaimana cara
menumbangkan Raksa yang semakin hari semakin menggila saja. Pak Koentadi tiba-tiba
teringat dengan seorang anak muda yang dulu pernah dipandang sebelah mata oleh
orang-orang, anak muda itu adalah Sulaiman. Perdebatan kecil terjadi diantara
keempat orang itu, pak Suheli dan pak Dzulkarnain tampak tidak terlalu yakin
dengan kemampuan Sulaiman untuk menggulingkan Raksa beserta kroni-kroninya.
|
Pak Koentadi mencoba membangkitkan kembali semangat para Ksatrya Wreda untuk terus melawan sepak terjang Raksa.
|
Kabar
tentang sepak-terjang Raksa semakin santer terdengar dikalangan para alumni
perguruan tersebut. Hingga akhirnya Sulaiman tua merasa terpanggil untuk
mengakhiri kekisruhan yang selama ini terjadi. Bertemulah pak Koentadi dengan
Sulaiman tua, sang guru mengungkapkan segala keluh kesahnya juga berharap
Sulaiman bisa menyelamatkan perguruan para ksatrya itu dari kearogansian sang
Raksa. Dibawah panji Ksatrya, Sulaiman tua mulai memberanikan diri untuk
melawan tirani. Terjadilah laga satu lawan satu antara Raksa melawan Sulaiman.
Beberapa kali Raksa menyabetkan cemeti pusakanya namun Sulaiman tetap tidak
bergeming sedikit pun, kesaktian cemeti itu sudah hilang ! Raksa yang merasa
terancam keselamatannya segera memanggil para serdadu bayarannya untuk
menghabisi Sulaiman, namun Sulaiman berhasil menyadarkan para prajurit tersebut
sehingga malah Raksa yang pada akhirnya pontang-panting diburu
serdadu-serdadunya sendiri.
|
Pertempuran satu lawan satu antara Raksa versus Sulaiman. |
Suasana
medan pertempuran kembali hening, hanya ada Sulaiman tua yang tetap berdiri
tegak sambil menggenggam bendera Ksatrya. Kemudian ia bersimpuh didalam
kegelapan, tak lama kemudian ia menyanyikan lagu “Cinta Putih” ciptaan almarhum
pak Koentadi disertai ayunan pijar-pijar lampu yang dibawa oleh para pemain
dari berbagai penjuru. Semua pemain itu berkumpul diatas panggung, dibelakang
Sulaiman sambil tetap mengayun-ayunkan lampunya. Cahaya pun segera merebak,
menerpa pelataran panggung yang mulai dipenuhi oleh para pemain dan kru Ksatrya
Wreda. Seiring lagu selesai dinyanyikan, seluruh kru dan pemain tersebut mulai
merapatkan barisan, bergandengan tangan untuk kemudian memberi hormat kepada
semua pengunjung yang menyaksikan. Sontak gemuruh tepuk tangan para penonton
mulai mengisi seluruh ruangan Graha Bhakti Budaya malam itu. Alhamdulillah,
Ksatrya Wreda berlangsung lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
|
Para pemain pendukung turut mengisi panggung pada bagian akhir pertunjukkan. |
OPINI
PRIBADI :
Meski
Ksatrya Wreda sempat dicemooh oleh sebagian kalangan yang pesimis pertunjukan
ini bisa terlaksana dengan baik, namun kami tetap bertekad membuktikan bahwa
kami bisa melakukannya walaupun sebagian besar pihak yang terlibat didalamnya
merupakan orang-orang yang belum pernah mengecap dunia teater. Harus saya akui bahwa
akting perdana sang pemeran pak Koentadi, yaitu kak Djati Sudoyo, mampu
menyedot perhatian dan mengundang decak kagum banyak penonton. Ya, menurut saya
kak Djati sangat totalitas dalam memerankan tokoh pak Koentadi. Kemampuannya
dalam bernyanyi seolah menjadi dinding yang menutupi stigma tidak pantas
memerankan pak Koen hanya karena mempersoalkan tubuhnya yang kurus.
|
Kak Djati Sudoyo melambaikan tangannya diantara gemuruh aplaus para penonton yang kagum atas penampilannya. |
Tidak
memberikan testimoni terhadap beberapa pemeran bukan berarti mereka tidak
penting didalam pertunjukan ini, karena tanpa adanya kontribusi mereka mustahil
Ksatrya Wreda bisa terlaksana.
GALERI
FOTO :
|
Adegan pada saat tim paduan suara menyanyikan lagu "Burung Kecil". |
|
Penampilan tim paduan suara di sesi gladi bersih. |
|
Adegan disaat pak Koentadi mengisi acara malam pada saat observasi trip. |
|
Pelajar Paripurna SMP dan pelajar Serba Daya SMA. |
|
Relax sesaat sebelum pertunjukan dimulai. |
|
Salah seorang anggota penjelajahan yang cidera akibat terjatuh. |
|
Bang Be'i sedang memotivasi dan memberikan arahan kepada para pemain menjelang dimulainya pertunjukkan beberapa saat lagi. |
|
Adegan dimana pak Sugiyanto sedang mengajar olah raga. |
|
Pak A.T Effendi sedang menerangkan materi kepada dua orang muridnya. |
|
Pak Koentadi disaat gladi bersih. |
|
Paripurna SMP Ksatrya. |
|
Serba daya SMK Ksatrya. |
|
Adegan dimana Sulaiman mulai mau untuk berbaur bersama teman-temannya. |
|
Beberapa kru dan pemain pendukung di ruang ganti. |
|
Sulaiman merasa tertantang untuk ambil bagian di penjelajahan. |
|
Sulaiman sedang menyanyikan lagu "Mang Diding", disisi lain tampak pak Moelyono dan pak Suheli sedang mengamati tingkah laku pemuda tersebut. |
|
Pak Koentadi merapihkan pita rambut seorang pelajar SMP. |
|
Aksi tim paduan suara saat membawakan lagu "Loncat-loncat Kijang". |
|
Serba Daya SMA Ksatrya turut berpartisipasi didalam pertunjukan Ksatrya Wreda. |
|
Sikap siap ala pelajar Paripurna SMP Ksatrya. |
|
Sulaiman yang kembali harus berurusan dengan pak Suheli setelah ia memecahkan kaca mading. |
|
Pak Tugiyo mengarahkan Sulaiman ke tempat parkir kendaraan. |
|
Sulaiman disaat menjadi pelajar SMA. |
|
Salah seorang pelajar Paripurna SMP Ksatrya. |
|
Salah seorang pelajar Serba Daya SMK Ksatrya tengah menyanyikan jingle khas Serba Daya. |
|
Pak Koentadi pada saat acara malam. |
|
Sosok Raksa yang masih sebagai tukang sapu sekolahan namun sudah gelap mata akan kekuasaan. |
|
Sulaiman ditantang pak Koentadi untuk membawakan sebuah lagu pada saat acara malam. |
|
Adegan sebelum Sulaiman menemui pak Suheli. |
|
Penampilan penari-penari UNJ dengan diiringi lagu "Ondel-Ondel" karya almarhum Benyamin S. |
|
Raksa setelah mendapat jabatan yang selama ini ia inginkan. |
|
Mbah Dukun merapal mantra sambil mengayun-ayunkan cemeti sakti. |
|
Pak Koentadi yang putus asa setelah dikalahkan oleh Raksa. |
|
Pak Koentadi membakar semangat Sulaiman agar berani melawan tirani. |
|
Sulaiman dikepung oleh serdadu-serdadu bayaran. |
|
Sulaiman menyanyikan lagu "Cinta Putih" pada bagian akhir pertunjukkan. |
|
Seluruh pemain pendukung dan kru mengisi panggung saat lagu "Cinta Putih" dinyanyikan secara bersama-sama. |
|
Salah seorang anggota tim tari. |
|
Akhir dari pertunjukkan Ksatrya Wreda. |
Foto2nya bang Aldi selalu keren
BalasHapusTerima kasih, tapi saya masih belajar kok :)
HapusSelamat sore bang Aldi. Perkenalkan nama saya Brillianto. Saya mohon izin mengambil sebagian foto untuk diposting di FB dan twitter.
BalasHapusSilahkan bang...
BalasHapusSelamat siang aldiano, saya mulyatno.. mohon izin foto2nya diambil sebagian untuk facebook ikatan alumni perguruan ksatrya..
BalasHapusYa allah kenangan ini 😘
BalasHapus