Kumandang adzan Subuh terdengar bersahutan,
menggema disetiap jalan raya ibukota yang sebelumnya senyap dibalik mimpi
warganya yang terlelap. Saat itu juga sang supir bus yang akan saya tumpangi kendaraannya,
menyeruput kopi hangatnya hingga habis. Ia lalu meminta semua penumpang yang
masih berada diluar bus untuk segera naik karena tak lama lagi bus akan berangkat.
Mesin menderu, transportasi darat itupun melaju ditengah suasana Jakarta yang
saat itu masih sepi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcGGjiXw4c-S9_TlL5edaBiDS0YFV9cxuiaXSHcl3APwKiMSDMDC98BHCiF0HuTTe3w1-azf9CNzJbf2-f-ekQ_6TnRSkK53c7qgjaH3TLEVHbAVehbDtmpdMwZKTa6ZLXq16h5U6yE9cn/s640/2.jpg) |
Dari kiri ke kanan : Arif, Aldi, kong
Usman, Syaiful, Agung.
|
Perjalanan
saya kali ini akan menuju ke arah kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Saya dan juga
beberapa rekan lainnya akan melakukan pendakian ke gunung Ceremai yang memiliki
ketinggian 3.078 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kelompok ini terdiri dari
saya, kong Usman, Syaiful, Agung dan Arif. Seperti biasa kong Usman terpilih
menjadi ketua rombongan, sementara Syaiful menjadi koordinator keuangan. Kami
menggunakan bus Luragung Jaya kelas ekonomi tujuan Jakarta – Kuningan yang
berangkat dari Galur, Jakarta Pusat, dengan tarif sebesar Rp.60.000. Kami turun
di Cirendang, kabupaten Kuningan, tepat pukul 09.00 pagi. Kemudian saya dan
yang lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyewa angkutan umum menuju
Palutungan yang terletak di desa Cisantana, kecamatan Cigugur, sebab kami akan
menggunakan jalur Palutungan untuk memulai pendakian hingga ke puncak Ceremai.
Kong Usman sebelumnya meminta sang pengemudi angkot mengantar kami ke pasar
baru Kuningan untuk belanja beberapa bahan makanan ditempat itu. Hanya sekitar
dua puluh menit kami belanja di pasar, perjalanan pun kembali dilanjutkan. Dari
Cirendang hingga menuju pos registrasi di Palutungan, kami dikenakan biaya sewa
angkot sebesar Rp.25.000 perorang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe9zrWmwcdg8AIlX-4yTlttUk_tecI36nZodKvU-6SQMxEWhqj4C4v-8coXX1fEYI0KVbx_o6dx1k41RMXI3rED20yC_8jjPsGpyvxBlAYfXmnQ_AhWil4iAAiTB4jmLsRPLfGIfPvBcR-/s640/22.JPG) |
Pasar Baru, Kuningan, tempat kami
membeli bahan-bahan makanan sebelum menuju Palutungan.
|
Setibanya
di Palutungan, Arif dan Kong Usman segera menuju pos pendaftaran untuk
melakukan registrasi. Persyaratan yang diberlakukan di pos itu tidaklah serumit
ketika saya hendak mendaki ke gunung Semeru. Anda cukup membawa satu buah KTP
sebagai perwakilan dari rombongan, mengisi serta menandatangani formulir
pendaftaran, dan membayar uang simaksi sebesar Rp.50.000 perorang. Meski pos
pendaftaran yang berada di jalur Palutungan tidak dikelola secara langsung oleh
pihak Balai Taman Nasional Gunung Ceremai (BNTGC) melainkan oleh Mitra
Pengelola Pendakian Gunung Ceremai (MPPGC), namun pelayanan dan fasilitas yang
diberikan ditempat itu sudah cukup memuaskan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTbid65t8s21UVxE-IRpIQqtCFDtnOJMLeFCMP8ZW7BrKA08rHAXHq655PijxYxoEGYGP0A7e2lHRxY889DJuWpaE7b4ade4XMamgCrjwJbo1mFUn84ykLUUL1zJPs_YhZRiiMAsaxE92d/s640/39.jpg) |
After repacking...
|
Dengan
membayar simaksi, kita akan mendapat jaminan asuransi, fasilitas beristirahat
bagi para pendaki yang hendak atau baru saja melakukan pendakian, ada juga
pondokan yang mampu menampung banyak pendaki juga beberapa buah toilet yang
disediakan untuk keperluan mandi dan mencuci. Selain itu, kita juga akan
diberikan kupon untuk makan di tempat yang sudah ditentukan oleh pihak penjaga
pos. Fasilitas penginapan yang disediakan oleh pihak MPPGC untuk para pendaki
sebenarnya sudah sangat layak untuk disinggahi, namun sayangnya masih ada saja beberapa
oknum pendaki yang membuang sampah logistiknya secara sembarangan sehingga
dibagian depan penginapan tersebut kerapkali terlihat kotor oleh sampah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLMzCfDUhjwzPUf1iGpecY_llW6yxnMZsK7-gGroQ_Uvl4zkGlr5FZv4dLP-KapYuaZUuJTtaMoN2mWkubF6oFp4_gWlugRKSL30sdPLyuzbR4q8uTL-FYEmNoH0K_lME5FWTA98oLpySt/s640/79.JPG) |
Pos pendaftaran di jalur Palutungan,
kecamatan Cigugur, Kuningan.
|
Sebelum
kita memulai pendakian, sebaiknya pastikan tiket masuk, peta jalur pendakian dan jaminan asuransi
yang baru saja didapat ketika melakukan registrasi di pos pendaftaran tersimpan
dengan baik. Itu semua harus diserahkan lagi kepada mereka seusai kita
melakukan pendakian untuk ditukarkan dengan kupon makan. Jangan lupa juga untuk
membawa turun sampah logistik anda. Selepas mengisi formulir dan membayar
simaksi, trash bag akan diberikan
secara cuma-cuma kepada anda dari pihak MPPGC.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMZSobO3ogGYJ6LCkwTzYU9ZZ-K7_PSdRr4obU7c6EQxyWa5VHwRCzscYAbUAgiJR-SD9aI0TIhf2Fu_8ljNY-CYNNf3UdpBc7i5BI4n5uKbChXrj7g0eSLU4uszFN1A7C6wer4NfttpMd/s640/38.JPG) |
Simpan dengan baik bukti registrasi
ini untuk dikonfirmasi ulang pada saat kembali dari pendakian.
|
1. Palutungan
Palutungan
menjadi shelter atau pos pertama sekaligus
basecamp dimana para pendaki bisa
melakukan repacking keperluan yang
mereka bawa sebelum memulai pendakian hingga ke shelter berikutnya. Meski saat itu jam sudah menunjukkan pukul
11.00 siang waktu setempat, namun karena Palutungan berada di ketinggian 1.100
mdpl maka kami hampir sama sekali tidak merasakan panasnya matahari. Kabut
tebal senantiasa menyelimuti perkampungan itu sehingga hanya kesejukan yang
terasa.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC3CgXcK4HPschtQmFeH1FTxXJjV8UscnZq5Rv4jRuZDFXmtnTQ3n3dF4-nfTuIUZO6ZTw-mZKXKAQe4xVpXurhJrtkw1F_iwU8-zOXUvBkVvMOEg3d7GaRTXR1wUAGujs0xzMmDfjrv_h/s640/83.JPG) |
Diawal perjalanan, kita akan melalui
jalur ini hingga ke ladang penduduk..
|
Kami
mulai meninggalkan perkampungan penduduk dan memasuki ladang luas yang dipenuhi
tanaman sayur-sayuran. Dengan melalui jalanan sempit ditengah ladang, kadang
kami juga harus menepi ke sisi jalan untuk memberi ruang bagi petani yang
hendak turun membawa hasil buminya. Tanaman sayur yang ditanam ditempat itu
terdiri dari tanaman daun bawang, wortel dan kembang kol.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc14qZypReYQSk6cJOoGngqGzkF9qRra2_1J_Bv6NxpeNi0byt4URn4JBvhY0RYirNqUTBf9Ehyd3AUos2DAVvekoPL8R_neQC4kmM-1SswEBJdkmUP-8GyWVFofJHD8FVuBEWu8kGAwCg/s640/23.JPG) |
Memasuki lahan pertanian dengan view tanaman bawang daun, kembang kol dan wortel.
|
Siang
itu, sepasang elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
terlihat sedang terbang rendah mencari mangsa diseputar ladang. Menurut
informasi yang saya baca dari artikel di internet, beberapa jenis burung elang,
termasuk elang Jawa, masih bisa kita temukan di hutan gunung Ceremai. Tidak
beberapa lama, akhirnya kami tiba disebuah pondokan yang berada diperbatasan
antara ladang penduduk dan pintu gerbang hutan gunung Ceremai. Didepan pondokan
terpampang sebuah plang selamat datang milik Kementerian Kehutanan dan BTNGC yang
sebagian ruang kosongnya telah disesaki oleh sejumlah sticker komunitas pendaki gunung maupun organisasi pencinta alam.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqbYbOib75DjmZWBCL6EbskWZjiLinBgl3zJFi2g44svP9fWFG3wS66n-O370Ui0cqhLgKgBgAD8KL_1eUgOO_l9G6_H_v-5PIBF9hyx4PaYYILAe7k-ytED0sUKkeRLJ2SlbPPsmJ0Tsv/s640/24.JPG) |
Plang selamat datang milik Kemenhut
yang sekaligus jadi pembatas antara ladang penduduk dengan pintu gerbang hutan
gunung Ceremai.
|
2. Cigowong
Perjalanan
dari Palutungan hingga ke shelter Cigowong
atau pos dua akan menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam dengan melewati
hutan pinus yang teduh. Jalur yang dilalui pun masih terbilang landai dan hanya
terdapat sedikit jalanan menanjak. Sekelompok pendaki terlihat sedang
beristirahat sambil bercengkrama disisi jalur pendakian, kami menyapa dan
mereka pun mempersilahkan kami untuk mendahuluinya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVfS2MJScnuaSRjBJQL8PAL3pOI1lnvimzKzXeciSDoR6bnzXcOlZJmltVIRAQzYWhOfwitjGgpMfE2dcH1CEF4ETo-Ufke8IRR7hkCC-Y2Pj6p4zrcytUJ8TFQNpCgHs7UX_uxkyORgos/s640/27.JPG) |
Di jalur menuju shelter Cigowong, kita masih
dimanjakan dengan jalanan yang landai.
|
Sesampainya
di pos Cigowong, disitu kita akan menemukan sebuah pondokan yang lumayan besar.
Tidak jauh dari pondokan tadi, terdapat toilet untuk keperluan mandi cuci kakus
para pendaki. Gemericik air jernih yang mengalir beberapa meter dari sisi
toilet seolah menjadi penawar bagi kegelisahan kami yang sempat berpikir sudah
tidak ada lagi sumber air yang bisa kami temukan. Mengingat sumber air hanya
ada di shelter ini, maka sebaiknya
kita memanfaatkan persediaan air yang ada sepuasnya sebelum melanjutkan kembali
perjalanan ke shelter berikut.
Wadah-wadah air yang isinya telah berkurang tadi pun bisa kita isi kembali.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOa3OoB4KyNdd6hNe6p359ZzlNbb_-Ttd7e2N-MCtp3YMtLUE9cgaurIgp4NDSL4AdEzg4IWgTvAUA-68uWPSz_sR70pWF6U5v7tKfBtwsPyWTwy2N-vJV13eUtjHIb2HmNe2-q7TRX5M6/s640/40.JPG) |
Shelter Cigowong.
|
Shelter Cigowong berada di ketinggian
1.450 mdpl dan menjadi satu-satunya shelter
yang memiliki permukaan tanah datar terluas di jalur pendakian Palutungan.
Siang itu, suasana di Cigowong tidak terlalu ramai oleh para pendaki. Kami
hanya menjumpai sekitar tiga kelompok pendaki yang juga tengah beristirahat
sambil mengisi persediaan airnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBGOtttUPpApNeGI5D9Fu7ul3V_nJ6aCW2uMXMbbHSXNhge2SZ_-3-dyCLXHtA__e-GJ7LjfKov0Di-dhyaDqtQQpdkxj8NJH8K1Gov_gewZJl9pD0U7HDZsKZKgTby6xH9pjq0InG_c3Y/s640/47.JPG) |
Sesampainya di pos dua, kami segera
memasak air dan mengisi ulang botol-botol air minum yang kosong.
|
Setelah
kami puas beristirahat di shelter Cigowong,
kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju pos tiga. Selepas pos dua, para
pendaki dituntut untuk bisa memanage persediaan air mereka sebaik mungkin
hingga nanti mereka tiba kembali ke tempat ini. Saya sarankan untuk membawa portable water tank atau jerigen untuk daya tampung air yang lebih banyak, dengan begitu kita bisa mengoptimalkan penggunaan air diatas sana dan tidak sebatas untuk keperluan minum saja.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4b9KXXNLopRRvsXKOk1IjsFQoTHYg1b-_iZVrFB7Cx1zsRFrO731lbw9lR8MVqbaBzUsPOT9IJtTzrIZY-F7D-_0DIf7b9BHE8_zd9leBohFECO1OMIhBx8fbP17deQPsomSSTptZc25l/s640/31.JPG) |
Agung tengah mengisi botol-botol air
minum di sumber air Cigowong.
|
3. Kuta
Kuta
atau pos ketiga tidak seperti shelter
lainnya yang rata-rata memiliki permukaan tanah datar, yang bisa digunakan
sebagai tempat beristirahat. Kuta hanyalah jalur pendakian biasa yang dijadikan
patokan bahwa seorang pendaki telah tiba di pos ketiga. Kuta berada di
ketinggian 1.575 mdpl dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari shelter Cigowong. Ditempat ini, sangat
jarang pendaki yang beristirahat, termasuk kami. Mungkin karena tempatnya yang
tidak memungkinkan untuk beristirahat atau khawatir istirahat mereka akan
terganggu oleh lalu lalang orang lain, maka banyak dari para pendaki tersebut
yang lebih memilih untuk terus bablas
hingga ke pos berikutnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4wrw7HNLYW8ML2iRrkAB7RpT8y99wl20nqqsFXDr-eiWqn1HA2RzXQDx-4ER-i6pTlm-vPRrliEG8Jo6AoJVUSQXJGt0G5phGoiD1a3tj39i5CDJra2AMiS12IsRAjYzpEZeyucZ7CRlE/s640/28.JPG) |
Melanjutkan perjalanan kembali menuju
ke shelter Kuta.
|
Perjalanan
dari Kuta menuju pos empat akan memakan waktu sekitar 45 sampai 50 menit,
karena mulai dari sini jalanan akan didominasi oleh tanjakan-tanjakan yang
bakal menguras tenaga anda. Bersiaplah...!
4. Pangguyangan Badak
Di shelter Pangguyangan Badak, kami kembali
bertemu dengan sekelompok pendaki yang sebelumnya kami susul di jalur menuju
pos kedua. Mereka sepertinya bermaksud untuk bermalam ditempat itu, salah satu
dari mereka terlihat sedang melaksanakan shalat Ashar. Saya, Arif dan Agung
merebahkan diri pada carrier
masing-masing sambil mengatur nafas yang terasa mulai kembang kempis. Tidak
beberapa lama kemudian, Syaiful dan kong Usman pun datang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigOEHbTTqLsjEK6HB6ybEiu5IFN1WtYLbSoBN-OAsRjR6pPCgWvhPEZln53AW8STm0TD03sIPhbgo1sIxBHnfrGgcq8KjAEIrU3qUS7U5V99nfBncKhTuh14FAtyY89w6I8Xb3Hm8zvrTk/s640/48.JPG) |
Shelter Pangguyangan Badak.
|
Shelter Pangguyangan Badak berada di
ketinggian 1.800 mdpl dan mampu menampung sekitar enam hingga delapan buah
tenda camping. Kecuali dalam keadaan
darurat seperti faktor kemalaman, saya rasa sebagian besar pendaki enggan untuk
bermalam ditempat itu karena jarak tempuh yang masih sangat jauh untuk menuju
puncak Ceremai, yaitu sekitar 4,5 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih
6,5 jam lagi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNZojItpZF66RywaWmpk9EUrVk_Jcc0dcCJA-v08RhyRtmIbrthvpF4DODckJ_7bQZdp4fZYbsNMz8OhMGtjFnLumTmFeqyBKFieVQMByxqO5MNHqHWyIhuDQE5M10VFKBBBsnanUnDEu4/s640/49.JPG) |
Menjelang senja di pos empat.
|
5. Arban
Matahari
sudah mulai meredup sinarnya manakala kami tiba di pos kelima, yaitu shelter Arban. Saat itu waktu
menunjukkan pukul 17.15 waktu setempat, sebentar lagi langit akan gelap.
Khawatir kemalaman jika masih memaksakan perjalanan menuju shelter Pasanggrahan, saya pun berniat mengusulkan agar bermalam di
shelter ini saja. Namun karena saya
merasakan ada sedikit kejanggalan pada pos yang memiliki ketinggian 2.050 mdpl
ini, maka saya pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos keenam. Bila
kita mau memperhatikan, di shelter
Arban terdapat papan peringatan yang berbunyi: jangan bicara sembarangan. Papan
peringatan semacam itulah yang menjadi pembeda antara Arban dengan shelter-shelter yang lain. Sayangnya,
saya sudah tidak mood untuk
mengeluarkan kamera dan mengambil gambar papan peringatan itu.
6. Tanjakan Asoy
Desah nafas kami saling berburu
mengisi ruang belantara yang sesaat lagi akan senyap ditelan pekatnya malam.
Kemarau panjang menyebabkan sepanjang jalur pendakian menjadi kering dan
berdebu. Sepatu-sepatu gunung kami terus menjejak di jalanan menanjak, termasuk
tanjakan curam yang saat itu tengah kami lalui. Tampaknya tanjakan curam
semacam ini tidak ada habisnya, pikirku saat itu. Kadang akar-akar pohon yang
mencuat dari dalam tanah seperti sengaja menahan setiap langkah, alhasil sol
sepatu yang saya pakai pun jadi semakin menganga.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAA2VKKbtEeZMuCSHwpTGSwcbFu6XcplZlUIkfHp_GRWViC-7uue4TyxrZfPmSfwsSqm_gH82KHxdYSmBwmXPh0Oen0FdcsFYm5DU4kQ3RjD3X0t_UXQC_cJvQHnHegmZvne48ivX2jaJj/s640/51.JPG) |
Anak tangga setelah shelter Tanjakan Asoy menuju Pasanggrahan.
|
Sebuah
papan kayu berwarna kuning yang terpampang pada sebuah pohon akhirnya menyudahi
langkah kami saat itu. Ya, kami sudah tiba di pos keenam atau shelter Tanjakan Asoy tepat pukul 17.50
petang. Kong Usman dan Syaiful segera memasang tenda, sementara Arif dan Agung
memasang tenda yang lain. Permukaan tanah di shelter ini bisa dibilang tidak seutuhnya rata, malah lebih
cenderung miring. Dengan adanya beberapa batang pohon yang tumbang, menjadikan
pos ini hanya mampu menampung sekitar empat hingga lima buah tenda saja.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Upl0Am1dCNNIUNt7V981d31xvZD3NNf3eH3rDmaqJI5u3csruYPHIJPU0oURiS9dnr5PpT8X8WVbMLQOFipu9XxuWUsHFmZR2pheNJFRVXEBMvMSfYmRl0Dtlwcelf4np_VBfKIrf0Kt/s640/52.JPG) |
Tanjakan Asoy.
|
Tanjakan
Asoy berada di ketinggian sekitar 2.200 mdpl, hampir setara dengan ketinggian
puncak gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 mdpl. Dinamakan Tanjakan
Asoy mungkin dikarenakan sebelum atau sesudah shelter ini terdapat tanjakan yang cukup curam yang pastinya akan
menguji kekuatan otot-otot paha ketika kita melaluinya. Pekik Owa Jawa (Hylobates moloch) bisa
terdengar saling bersahut-sahutan di tempat ini, hanya saja jangan pernah
berharap bisa menyaksikan mereka lama bergelayutan di dahan pohon karena
mobilitasnya sangat tinggi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY1eIAxEbmd6sF5T-fGjZPMtMRmZeHDF5MD1bUZWKfz4vrw3nSOslLHdiPWPkpz9em1yfFhYxr0nrs2r9GU7Dhrr2WXA75G4w59aETOE3yfEXlpeMBUmirL72Z2oN3zyzB9YSzPf4TiS6o/s640/50.JPG) |
Bergegas meninggalkan camp area untuk menuju puncak Ceremai.
|
7. Pasanggrahan
Pagi itu, kami tengah bersiap
melanjutkan perjalanan menuju puncak Ceremai. Kami hanya membawa perbekalan air
minum dan sedikit makanan saja, sementara perlengkapan yang lain ditaruh
didalam tenda. Dengan demikian, kami berharap bisa melalui beberapa pos yang
tersisa dengan cepat dan mudah.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4oAvCz4r2phxwxwEg8_KS4fXA-k3pPvpbDzdq4khymFyL-pdp9enV3DuHENzViFuInh4sOwvFN_ktj470I8zzrJwpKvQMnNM5OasphEmq9Fp6LaZYGIji8NAZoFEzw3FN-jzW4aCr3wt/s640/53.JPG) |
Foto bersama di Tanjakan Asoy sebelum
melanjutkan perjalanan.
|
Kerapkali
saya menemukan beberapa jenis burung yang sedang mencari makan atau sedang
terbang rendah di jalur pendakian, diantaranya adalah Anis Gunung (Turdus
poliochepalus) dan puyuh (Arborophila
javanica). Burung-burung itu sepertinya sudah terbiasa dengan
kehadiran para pendaki ditempat ini, mereka juga tidak segan-segan mendekat meski
pada akhirnya mereka akan terbang menghindar ketika kami mulai bergerak untuk melanjutkan
perjalanan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2uNVz9eu6SmVbtprjhQ8EM0YV3eeu3YNmjFHHOjPnhZVKYDINSaVLz5VboORZ-12l2cZa9XO7woxBmyeRmPIEWVCmRr_jQvplUfFc0t1VhODbhFDDe-gtpCWFhJPKbbuJisKUVr1IH8v9/s640/5.jpg) |
Saat kami baru tiba di shelter Pasanggrahan (Doc : Agung).
|
Tepat
pukul 08.28 pagi, kami tiba di shelter Pasanggrahan
diketinggian 2.450 mdpl. Botol air mineral berukuran besar itu berpindah-pindah
tangan, isinya pun perlahan mulai surut kedalam kerongkongan. Seketika rasa
dahaga itupun hilang untuk sementara.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTWTCgWXOzsB6f-410ebWOnPBtxctzr2pJJ4d5N_7FqmI8cKPiEarJgpVYJtaXPNfGwrNoxs7wQVMDgkPRGnKF2GmDAgpw744fKxBMKNTvKikrnE55fT5-jOREWgf4sIflfs-uVNeQ3upq/s640/54.JPG) |
Shelter Pasanggrahan.
|
Pasanggrahan
bisa dibilang shelter terakhir yang masih
bisa ditumbuhi pohon-pohon besar, yang rimbunnya senantiasa melindungi dari
panas matahari. Selepas pos ketujuh ini, suasananya akan sangat berbeda dimana
tidak ada lagi pohon-pohon rindang yang bisa dijadikan tempat untuk berteduh
dari terik yang menyengat, dengan kata lain, anda telah memasuki batas
vegetasi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaw5zrTodnmWSoHga5Sf9fdw_NBP6ibLnJ3XlRlG2P2IQp8QsW7CNV6q9c6Ccrabr2HOHSatvZat7oGyuTvWlxEu4FFAmyh9eRouQCqOhimx2zsZLFddGQlFKaJX328D8U1L5KIQjghHs2/s640/57.JPG) |
Tempat ini menjadi batas vegetasi,
sekaligus jadi perbatasan antara shelter Pasanggrahan dengan Sanghyang Ropoh.
|
8. Sanghyang Ropoh
Ruang
jalur pendakian di pos kedelapan ini mulai terbuka, tanpa dahan-dahan pohon dan
rimbunnya dedaunan yang menjadi penghalang panas. Bila hari masih pagi, anda
bisa dengan leluasa menyaksikan birunya langit dari tempat ini. Pohon Cantigi (Vaccinium varingiaefolium), Akasia
(Acacia Mangium) dan Edelweiss Jawa (anaphalis javanica) tampak tumbuh mendominasi
mulai dari shelter Sanghyang Ropoh sampai
ke puncaknya. Disini, anda masih bisa balik kanan seandainya tiba-tiba anda berubah
pikiran atau ragu untuk bisa menggapai puncak diatas sana, karena mulai dari
sini track pendakian akan terasa
menyulitkan. Bukan tidak mungkin seorang pendaki akan mengalami pergulatan batin
manakala ia mendongak ke arah puncak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxbNFhn9sk9IfhhaOiqTQjqzOsOGfhzBqIFdP5kO-iWZ-P7Q-ZNhGyWG0b4YAQwE_0BPBhVCBg7FSE-o5ZUSnRiXC_mNwzl-AIIgjcDqZzkKTTSCimn8HxZfPTLg0Mt1byk5-_Tfnmyehw/s640/58.JPG) |
Shelter Sanghyang Ropoh.
|
Dengan
ketinggian sekitar 2.650 mdpl atau hampir setara dengan ketinggian gunung Papandayan
di Garut, di shelter ini kita juga
sudah bisa menikmati sensasi berada diatas awan. Merasa puncak sudah tidak
berada jauh dari pelupuk mata, Arif dan Agung kian terpicu adrenalinnya untuk memacu
langkah lebih cepat.
9. Gua Walet
Gua Walet adalah shelter terakhir sebelum mencapai puncak
Ceremai dengan ketinggian mencapai sekitar 2.950 mdpl. Jarak dari tempat ini
menuju puncak kurang lebih sekitar 300 meter dengan waktu tempuh setengah jam. Disini kita akan banyak menjumpai tanaman Edelweiss yang tumbuh lebih tinggi dari orang dewasa. Aroma
sulfur sudah bisa tercium dari pos kesembilan ini. Sebelum tiba di shelter Gua Walet, terlebih dahulu kita
akan berjumpa dengan persimpangan jalur antara Palutungan dan ke arah Apuy
(Majalengka).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuaVq790ieeqQMcLgT07Q88YuIPFhEsxVaZHP1tdULRU2R9_bAAZJIeMqDKJ8mSUppWSfiShDmNf1jCVPsBN-u1tyjmTSxVeE1gDgxBEXSkDIUl35ErqcBVQyNrgpAWYBh3KlI4Z3dJoB4/s640/7.jpg) |
Sesampainya kami di persimpangan antara
jalur Palutungan dengan jalur Apuy (Doc : Agung).
|
Track yang akan dilalui semakin sulit
dengan jalur berbatu yang terbentuk dari hasil pembekuan magma dan permukaan
bebatuannya selalu tertutup oleh tanah kering berkerikil. Pada saat kemarau
panjang seperti sekarang ini, hembusan angin akan dengan mudahnya menerbangkan
pasir serta tanah yang mengering, sehingga semakin menghambat pandangan dan
laju kita. Bisa dibilang jalur ini adalah jalur paling berdebu diantara jalur yang lain.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJswXe4_4LqMSat1oWmi51X-AE9kUi1z9TLRj9PWfOYSXAdhZi5JN0sZy7sBeuCN-TUQs8fpaEnrVAllZWWtrg6fcKBD2jZfPTccGLw-1Xsz7jpY4aZlAbuT_sYll-La7Kq1cHfVj0IoSz/s640/59.JPG) |
Shelter Gua Walet.
|
Angin
menderu dari atas puncak sana, menyusuri jalur pendakian dan menyapu jalur
kering berdebu menuju ke arah selatan. Partikel-partikel terkecil dari tanah
dan pasir menggulung liar ke tempat dimana saya, Syaiful dan kong Usman
beristirahat, kami pun segera menutupi sebagian wajah kami dengan scarf. Sementara itu, Arif dan Agung
sudah menghilang dari pandangan. Terakhir saya berbarengan dengan mereka ketika
kami beristirahat di suatu tempat yang terdapat plakat pendaki yang meninggal
ditempat tersebut.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6nkRwjpFB9lk_leTdz9toGjRupyVuMeueGXQSExjyAV3uXxOdYltPb24C-wuXaqpZZIK7Z0POT4a6swdm_4K_7D6vISriU4SPYame-hYxZMN7-i-kO5kFwRkRPWlnVrVR3fpn2k-ioI6U/s640/9.jpg) |
Tugu peringatan yang berada tidak jauh
dari plang Gua Walet (Doc : Agung).
|
Di
track semacam ini, kita bisa
mengandalkan kekarnya akar Cantigi sebagai pijakan alternatif apabila anda
sedang malas mengangkat kaki terlalu tinggi, sebab ada beberapa jalur yang
memiliki tanjakan cukup terjal disini. Kita juga harus pintar memilih jalan
mengingat banyaknya jalur yang bercabang, meski pada akhirnya pecahan jalur
tersebut sama-sama akan menuju puncak juga.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb-uh2di1heYEM9J5uf-0EGernj8JeDabzRBMrXJnW0GejnJiyjTnHGAP4BQJ4jvGEpIqaXpFVqlC9r5skbXS2wqxxa1MP97Gp9C1Eu7lmf88pQHTQhW9Lwq-4LhQ_o7ithx5jAzf78qYq/s640/WP_20150811_056.jpg) |
Beristirahat sejenak sambil
menghindari terik matahari (Doc : Agung).
|
10. Puncak Ceremai
Udara
panas dan tanjakan liar kian menguras stamina saya. Syaiful, kong Usman, Arif
dan Agung sudah lebih dulu menjejakkan kaki mereka diatas puncak sana.
Sementara saya masih berkutat dengan tanjakan-tanjakan licin berbatu. Saat itu,
saya menjadi peserta terakhir yang berjalan dengan sangat perlahan dan hati-hati,
khawatir tergelincir karena salah meniti langkah. Sambil terus mendaki menuju
puncak, sesekali juga saya melihat ke arah sol sepatu yang kondisinya kian
memprihatinkan saja.
“Al!
Puncak, Al!” seru kong Usman memberi semangat dari arah puncak, saya pun
mendongak. Ah, ternyata jarak ke puncak tidak sampai limapuluh meter lagi. Semangat
yang baru saja terkikis karena medan yang melelahkan, spontan kembali bangkit. Diatas
sana, Agung melambai-lambaikan tangannya dengan maksud mensupport saya secara moril agar tak patah arang. Saya berusaha mempercepat
langkah meski telinga mulai terasa nyeri dan berdengung akibat aklimatisasi. Agung
sudah siap menyongsong saya yang mulai mendekati puncak. Setelah tanjakan
terakhir berhasil dilalui, tepat pukul 10.03 waktu setempat akhirnya saya dapat
memandang birunya langit dan hamparan segara awan langsung dari atas puncak
tertinggi di Jawa Barat, puncak gunung Ceremai. Terharu, pesona semesta raya
akhirnya membayar semua derai peluh dan rasa letih yang baru saja mendera tubuh
kami.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVTNmDLAtsJfGtW1KpyANT6J5xLThI0iVzPX1aZAeNzoo2nDz6kKBsC3IH_qmYXSpUqcx0hOindxUAGEUIfzvWleT8pBZdQXfsHV9xHlemAWNytdWMiIrPPeRDFQSTDOHLSrYvt5z0arm_/s640/15.jpg) |
Detik-detik mencapai puncak :
Melangkah perlahan namun pasti (Doc : Agung).
|
Beberapa
saat setelah berhasil menggapai puncak, saya dan keempat rekan saya lantas
segera mengabadikan moment tersebut.
Tidak hanya itu, saya pun memberikan informasi kepada Syaiful, Arif dan Agung
seputar beberapa gunung yang dapat terlihat jelas dari tempat kami beristirahat.
Diatas puncak itu, kita bisa menyaksikan indahnya panorama alam dari bibir
kawah yang memiliki lebar kurang lebih dua sampai tiga meter. Dasar kawah yang
menganga pun bisa terlihat jelas. Sepanjang bibir kawah terdapat jalur yang
biasa digunakan para pendaki untuk mengelilingi kawah atau untuk sekedar
menikmati view dari spot yang berbeda.
Bila hari masih pagi, langit akan tampak membiru bagai lazuardi. Gumpalan awan
putih bersih perlahan merayap, ibarat permadani alam yang sedang melayang lebih
rendah dari tempat kita berpijak. Disebelah barat, kita bisa melihat puncak
gunung Cikuray yang menyembul dari samudera awan, begitu juga dengan sosok
Papandayan, Guntur, Patuha dan Galunggung. Melepas pandangan ke arah timur,
maka kita dapat menyaksikan gunung Slamet, bahkan Sindoro dan Sumbing meski
dari kejauhan. Disebelah utara, Laut Jawa juga turut serta menunjukkan
eksistensinya meski samar-samar terhalang pekatnya mega.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi55KI7en5jB8caIci6Bj977fcveCZcjuTm-9doNIlNQZYYJPFF-9RhFKAqUiPBqQ9SnZw7szM3T7Oo2790YEDuqDdrcAMD1p8M2RSq6H6odPkyQvAERYY0Tcud5DpitcsVglH3pw2BVKeD/s640/3.jpg) |
Selamat datang di puncak Ceremai...! (Doc : Agung).
|
Sebenarnya
kami masih betah berada di puncak sambil menikmati segala sensasi yang ada
diatas sana, tapi terik matahari yang langsung menjamah tubuh memaksa kami
tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Setelah puas mengambil gambar, kami
segera mencari tempat teduh untuk beristirahat dan makan perbekalan yang kami
bawa. Sebuah tanah berbidang datar yang terlindungi bayangan Cantigi menjadi
pilihan terbaik. Kami beristirahat, saling mengumbar canda tawa satu sama lain
dan menikmati makan siang yang terasa nikmat meski dengan menu seadanya.
Keakraban begitu nyata saat itu, dibawah langit yang sama dan dalam kisah yang
sama pula.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfCi0_Cs7Vq0jfnpvdaNMqIus_Ykh_fPRW5xVe1PF2A8A3skIA8lzfe4Q_JHuzF27eCaUJ4xPXE5zWJHi1Cmcl70qzHelcD0R2gly_USpw9P6juNUuSH3LRmTtrxjdbaNkQ-uc3VU5aGZT/s640/19.jpg) |
Berteduh setelah puas mengabadikan
gambar di puncak (Doc : Agung). |
Ceremai
adalah satu dari sekian banyak gunung di Indonesia yang menawarkan tantangan
sekaligus keelokan alamnya kepada para penggiat olahraga mendaki. Nama Ceremai
diambil dari nama tanaman yang buahnya memiliki rasa asam. Karena banyaknya nama
tempat di tatar Pasundan yang menggunakan awalan ci, maka seringkali orang-orang salah kaprah dengan menyebutnya
Ciremai. Pada tanggal 19 Oktober 2004, status hutan lindung di gunung Ceremai
berubah menjadi Taman Nasional yang bertugas melindungi beraneka ragam flora
dan fauna yang berada didalamnya. Ketinggiannya yang mencapai 3.078 meter
diatas permukaan laut membuatnya jadi sosok gunung tertinggi di provinsi Jawa
Barat. Walau namanya tidak sepopular Semeru, Kerinci atau Rinjani, namun gunung
ini tetap memiliki daya tarik serta keindahan tersendiri di kalangan para
pendaki. Meski demikian, Ceremai juga tidak tertutup kemungkinan akan mengalami
nasib naas seperti Semeru yang sekarang ini lebih pantas disebut sebagai pasar
ketimbang gunung.
Pada
bulan April 2015, pihak Taman Nasional Gunung Ceremai menaikkan harga simaksi
menjadi Rp.50.000. Beberapa kalangan menganggap itu hal wajar dan merupakan
upaya untuk menunjang pelayanan yang diberikan oleh pihak TNGC kepada para
pengunjung, disisi lain ada juga pihak yang merasa keberatan karena terlalu
mahal dan khawatir akan berujung pada sepinya pengunjung yang datang. Harga
tiket masuk gunung Ceremai memang sudah dinaikkan, namun bagaimanapun juga
antusias dan gejolak para pendaki untuk bisa menikmati sensasi diatas puncak
Ceremai tetap tak akan mampu dibendung hanya dengan lima puluh ribu Rupiah
saja.
Mendaki
gunung adalah kegiatan positif selama tidak meninggalkan sampah yang berserakan
juga tanpa menimbulkan kerusakan pada alam ataupun fasilitas yang disediakan. Namun
belakangan ini, mendaki gunung sudah seperti gaya hidup saja, bahkan cenderung jadi
ajang pamer barang. Gunung tidak lagi dijadikan sebagai media perenungan atau
tempat untuk bertafakur diri, yang ada malah menjadi wahana rekreasi dan objek selfie.
Introspeksi
terhadap diri sendiri serta saling mengingatkan satu sama lain bisa menjadi solusi
agar tidak terjadi aksi saling tuding atas rusaknya alam sekitar. Karena
pendaki yang baik adalah mereka yang berdedikasi terhadap alam tempatnya
berpijak, yang berani bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan dari
tempat yang ia kunjungi. Semoga saja euforia mendaki gunung bisa segera mereda
seperti bahana batu akik yang saat ini mulai surut dari permukaan. Dan semoga
kedepannya, kegiatan mendaki tidak lagi menjadi gaya hidup semata yang pada
akhirnya malah memperkosa nurani dan menumbalkan keasrian yang telah lama ada.
Ya, semoga...
VIEW FINDER :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Pu2L_k5FFxAxxqUPL-zfK6ONgduyLzPIXrcr3zuA3NghoRVYxvxYIP2dczJgZZ4-4e5y5-xDugOlIOSo84Dqc4MieRH_7EHvjSg9A1GwsaSTep13hAmg-d7YWvZiNqSAAosYTipGEDs_/s640/25.JPG) |
Sesaat
di pos perbatasan antara ladang penduduk dengan hutan gunung Ceremai.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKIpab7vYQY2Z_5T3C-0fqMln3QHmFB1eNzaTfDRo1mJm7upeRUawhnoDw_yvVNUgzCYbj6T9B9PUKJTma6BFbMWIicSpA71LRLK1WdarpUpS0QtemLrnqIE1ikZMSiD02Fgr0HCKzpCwN/s640/26.JPG) |
Melepas lelah di hutan pinus.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7D-tIbeQT7kfKq_WJSvhpaXUYtDVxHnwGAa8B1rrpFSkdausa4zJPtqalmfEmOTQojD8xrFDOsAoUNps6AfJIidlnhyphenhyphenREoOp3e5XXQGaYWw0Bw2pIS_Z8y2-NZOnw5ZSydY9xerBJ8c9q/s640/29.JPG) |
Menjelang shelter Cigowong.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWnqgy1UQYDdV0FpHPbSPXLoTvQS1cqWq0rMQ_ys9LKUaj2L5tsboQ6XSsM_28ZMOSY5pdl96YKIqPmKhBb555itvt4DtM6_KB-SQDqsHKnzd4e4bcNm3mk9T9_6-AKDSEcpagZ0vtBIGp/s640/30.JPG) |
Makan
siang di jalur pendakian
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBLixPhtlOoNT9SY2n2plplHjIkiBTtkBKdotuuQX2lOmRCF8GTHSyImxTdu4pZbjgx9jbIRXFeo4VrcJ4JI0jlkDCTK-vVFozB0OCK4yB5bLPoYs15DOTzSJQ8Um9eS_hoQlpzpfqrLoU/s640/41.JPG) |
Shelter di Cigowong.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6A232dprv9IzgelyqudsmpVSGuXCd4SDNWT4V2mwsPv3UhSNtQ0emCKmViISjSY4riqH_581IzlBSXX2wM4U7Xslj7c_vuymt46N5xms86vbEa0ndZbqYHpeUoNIpULn9XeFJ5rFbwJfA/s640/42.JPG) |
Bongkar
muatan sekaligus mengisi perbekalan air.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicBZozSXJSh6ioXqW1EhjUoaAaWyW0qcAr5Fhk-F8PwcqGoQgvb2fxCFvGs5cdlp0nFst85ogyzg7jpIUG_CO56VDPgmL_iD77MG5-RbprOG83l8nLodzOJYkls2umRE2s2-HKdqSFq3pR/s640/32.JPG) |
Sumber air yang menjadi harapan bagi
para pendaki, tetap mengalir meski saat ini sedang kemarau panjang.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7seuyyHZleqkVwS09ciYoj5SCAKHjSnaZDQCudgVk3TmfI_0MxAj6T6hdEQfM9JnWnqwWTh865xpBGKGQNr2LOGfYtxUsCuql-MEse6tskyqn5cnMNMdjHMh2HkCPEBfx2s1jYQkg3Kfj/s640/43.JPG) |
Syaiful.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHXUgtCfDS7b8JNTGP69_4d_DHJEHGIKuRIJExe41mlpnJMcqJx4d-eP5T2NVZsDSsss2qxzPKPo3whyphenhyphenkEFAu9cReHqyFJ7UujkpQuWTelKKWh6u0VZFfdzcLFB-Z3eXsFgTmTxLPurji2/s640/44.JPG) |
Kong
Usman.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil7CJtQ8XY_F2z_5NDiQ68_cwxovVMfm0dNbWDfC1aNRUYWAjcmDkrr276VTlDb-xgpdMkBV6eLZV2eucxuAyCYbIjo3URXrmO_eImwXYD1XHvRCcYMDXSbVmEQFFHmnsOLal6FwVxAlXZ/s640/45.JPG) |
Arif.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmm8VN4vS7YsTGX-6tnXmX44LZ0OyuVg8JRWj6QgdRJwN5w7KIRFqh6r1PpWucRcrJ_8uifMPCCeILtC2p4_h7jBzjhmHvU2cvp4JdUtGp3yfNcbFr8Zw83LpzIMHYED5NUNlc7-tJTQEZ/s640/46.JPG) |
Agung.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5lU3beUhVkAfmcXmfyVDyumRbTmOATq8HV9HaT3DV3jxMIqhu7EyuVBheo1jT8awhd_fuhjv_5lwGJbKgM0oUt8iATkqX08urqM0Oft7COZDWhSNXZWFoisVyrsLok6JPAVClpWNfJySh/s640/56.JPG) |
Dipertengahan
jalan menuju shelter Pasanggrahan.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhCPF6hqH71hFQX2IAhRELpGCtEmcLCgPnsKjtFoKaJwgPGcJZxdSXX1LGfQFamxXngV3yTAl626dCvM1xDMDyfxjW0jKQo4OXZzmnUFyTRaWE_lfgCO_8vLIgUFkj-2RIXYqLvknLRVma/s640/55.JPG) |
Pohon Cemara gunung yang
banyak tumbuh disekitar shelter Pasanggrahan hingga Sanghyang
Ropoh.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0rFfRCVICgjaobwJzDnfpKEmJ8W_HFW-2E-klu3XtpILzEmqQVTOAXIaCGcGBf3IXZZdRhDK14g84YQ4H6uDb2cbrGk7XjQt75XKVB9aNGqsC8_NKiaGZOAtMXrLDdDH3lvc8sCnpHiuc/s640/6.jpg) |
Membidik
plang shelter (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWDH7nu7IOSCV9HuZADkO1u-jzfVzddTb72afd25EWKT7s5239_ZS05m1xRQrbawZsw6RA9dHbfT1kRcjIYxcho9kuUDcZXa1T782mLglt3yg0kdrf0I3CM-MGuEwzQTnHzsI1dw1tGAhk/s640/8.jpg) |
Menjelang
siang dipersimpangan Apuy (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizsFet40R6KGHU0g9nnVLBI8bJ2LwPxrJexYEO0mlaK8D5y0VR_2vUH13YgfZ6KLOCz7Y89jjNMqAU2o8K9pVQX4T19Vh4F3mi0uwsB34mCCbWINKKnB_swJ-AqltN96Dbd7XH1AN5Uh1t/s640/60.JPG) |
Bidang
datar di bibir kawah.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg34nxJK7RqApg9XoQ-APxhJPnF0mlFyHzL0E2R33QGpIpNrxgHnh8t0ZvJW0SLbn_ZXdtiU3pWZWSd5kAFLNzIS0tel5Al2ooXPB4E2Fit6L8DAq7VFlBN07NME0tyDzkLDx4HnbSLvOM1/s640/61.JPG) |
.Puncak
dan kawah gunung Ceremai.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF17yy9ZTHMySQnaLnNutDmbZ5RVLul2k96U7cjIFK4EW538SeZH8faH9S7E9G4K4WiHS9foSB3dHAm71AtjeV2_BRxyJk_CJXPVKpzqrSW7XDqQ3Q6qGeQBZdhLzQVYYt_B1RRpREv3FJ/s640/62.JPG) |
Bibir
kawah sebelah barat.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW_VuTKDfwHRt8475yLxYPXhM-823Vdq3RscgAWKECGqGaRplljOiPuvkAqP3zOCGCUTQSFXI_yVp1YdDM8hVVj9yz9p7TbydDNZa-aSMfTZpR9TqhCTDtBHdpZEmRyTZStYb677dhyphenhyphenVGX/s640/4.jpg) |
Menatap
birunya langit dan sosok gunung Slamet yang berselimutkan awan disebelah timur (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkiN3vIb_VvjiNLchezkpsEsapkxcrK2RImmpb9r8RngAKicjaOuQKM1sowWsZ_XGbXb5rqHqmxkQrdWmle450Cp0GEfTKTiGm2wzVACFzxb6UtkZ1bvBSam9eA9HWQGyA8dEe0SDiRUTo/s640/17.jpg) |
Syaiful
dan kong Usman (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh471Cl8YiOk2GtuQqECb-bJ8MCmlZ2WaLqyHOba5yFlV5OQylnnNkaTl557PKHNhkN5F94SBsw5_9HWXQp_0YchP5Uy4C9qNcMwtD8DBN0P1r-glCekzCaKr_TMFqc_0w3V6-WgaYsg4dc/s640/11.jpg) |
Agung : peace, love and respect (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjeBfHi_6e3dcheknHPapRNDhYlii0ycbEQtvOW8L90UVN0lS0xq0RHyVQPeHaTrbhNszJgaGnSZH7vwlk52dyptuiL_XQ1qZXNVn1ym-Erxh2Ijhu3zUE256QR5mT1CgOX5dlwXoOsnSp/s640/14.jpg) |
Arif : you made it...! (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywtHwLtwWrYKmhkhxZy_TRPna65xp-Q8uC_n-Z0mFWP5emZJPfyIVCoUks3aKF3ls4L-zHMAAAWHo5bMp8TJ-kzz71EOC4X4qwOJZ8LE7bN0hRiBe2JQAmyz1rsNvg4i-c47JQJ5QxBRF/s640/12.jpg) |
Kawah
Ceremai (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh3umBNr1Y-Nm7lgW4qWt6dP7xfyvzJ9f3jjLCnvZ7yFhfcVZnS41c3rq3aBEvjrq8ktT_pbjK0fUdce9MOhlcVPYknjHJOm4w5SkDM_FKMGp-vpxZO7T-GMqea18929AXexoEr4Qh7Cjd/s640/13.jpg) |
Jalur
untuk mengelilingi kawah (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheW5UAxx_KBhUItFiCDcLhLJbKhcxiewPW2tLVL3GGp58oFJQdzZZyFP3wea3Eck8ManxSuFsUk-XNhAGtWmsGEMVHOk5kLCEu4Zo2G5PugkLI6Vg6byCyA6iHQhScOKkxojL1yRB2PGz7/s640/16.jpg) |
Santai
sejenak dibibir kawah (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyBoe9dNZ_FkZ4Htck2hTy0LXpQG-IWwPDqjqIcTygLIQQToUDP0_jNy3oKK4ZqaJGNeM3kjTM_f0vU4Zx32Ht2HoWB8f37HH5MM-NAl1gvlN6DpMrs6IH7OLK8lhllJVnvPV7mr5AT5qe/s640/21.jpg) |
From different camera (Doc : Syaiful).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghmpkwFoS1z54xChTlRgzwsVUGf-_XK0zVaBcIcpADrbSmwNoGoBn2jFUX5WKoGjhtioThrn2DgM8yZ4HY_Edogm2e2KNYraaBMVSStgxsOIN4on7uA-3y4jQx9FM3s7icxigmase1BN5f/s640/33.JPG) |
Backlight...
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwPJAnvk3F4zF3AS4nuivVZnOPyX06YTGtT82dwGDdp7TIWJScF84fHawx5dDk8lXUUUi2d7bdQ_ml8-zvrLEjtbNfAF5pq6JtiQAokyCj-h8TaIu-1ssIvRxESfhcafJJo6XbjVIkmcJt/s640/34.JPG) |
Masih
menikmati suasana puncak Ceremai dengan segala keasyikannya.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4xQYd7y-iOcIJ0Qd6CQoHdVDu2mhTd0YjvTpq-v9naaspuZkrxGhWtJPSEI0oGvuehRGODyAEZNbzqK93xVIKXAMmKLBkXwdsh7iY1kJ7iLukkFuEomCQCDeGMckqpDp8xQFPpqQ_qSmN/s640/35.JPG) |
Hanya
sebilah papan, namun selalu jadi rebutan para pendaki.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXnO5nzUy444CZtbpEz-_TmFHcQZTyZr0YzGZIw-4fRQC3ZRWTtLcJWcmxVZvqnzx90iHxGluo3wpByV0lEV5La0pFzJq726yZuT94fFr8Q77VpE4ZFMkF0Pqlef05ZRqbgLMsSefI6l9_/s640/36.JPG) |
Feels
like home...? Indeed.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0xgLYyIVm9uxwqrJ-vmOb6QNU-ex1nju4CbkQXp4qpX9VuB9vXDQip3exb8_gFZbuoHxMoIEy1uyXzWjnO64zYA-T95-6IVDfTvdbQT4BCIlG1ArMpZrmHg9uijVE3hDcwxPvx_fh0UW/s640/63.JPG) |
Reflection
of our shadows...
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUhFaaSO2BSlGsOavevqFeSiGxGxO7CayAO-yyFK8TyG5_ZxCLwvyDvy7S70cV6SdpovxKD8NJPHgmzaSXZhmE32IYeyj6CjB9YlQcG10YLbOtNyGYzAF5duuUxiQXyvMLHU_gZc-CmOkO/s640/18.jpg) |
Bercengkrama
dibalik dahan Cantigi sambil menanti kong Usman buka perbekalan (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOIk4rl6yZX5UuCUk0MHR4GGqBQQNoDqZEwCryTCGSIRN82X9Gvx5NRXU87ami0vzeSg47xyLKclZDeZFMn5UPi6jARIlGJdjFfPNS2UB4EANLzcAhqZCDmeyGg8K89O27r4gvbxwtj_JL/s640/64.JPG) |
Plakat
puncak Ceremai.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqKYFAOcFfyWD6V8MpYa7UnHM8e5bKwhHnn7RNONlKM8rxxPW4zvk9BRt5egKXeFyQ6wxHfgc3YSeZ30KNYIoAp9fllFiYNHXmGpNfYXmrr_Qp1bBAo_jZ2OkAGPw5KPqnTkwwpL8H_w_g/s640/10.jpg) |
Di
jalur ini, batang-batang Edelweiss bisa tumbuh melebihi tinggi orang dewasa (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimyTAgzyAr6EpeeuKb5sE2NBwWkSuyVITg20J94KfoQ9gxS3eI_u-HvLZp8ZprAjD7eLCg24pC1LFNci2DN9P4KTwidiRV7q6W1yqOexZVs3ueRADcApmzE8dNckg1X1Ke_iEJ3KSCu7sy/s640/1.jpg) |
Harmonis
dikaki langit, selaras diatas awan (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWlxv8twykgDMW8ZduxXGbNKo8fuUidF5_H65tLaPwaIee2W6mUflW1OOhtx3dmPM2CLwWgzWpRVpNkhTAu_OlXQHiggeuSPL-ifbk-DI5QRnqjmLYFeuMSnOcF3hcQuSGCfGnUWyQUWGj/s640/65.JPG) |
Anaphalis
Javanica atau Edelweiss Jawa, tanaman yang biasa tumbuh di gunung-gunung berketinggian lebih
dari 2.400 meter diatas permukaan laut.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9_MWpw9jwvg_e_Uqnyx1iJ3Z6YGCFvwYvhMbvSMEI0t9mF2-D1Xp_33bU2U_XODuocR4KoFol_jH_MQ5_-N-CcwDbptK-Ygk-uFlHERJeFHoEPsl5tt-iF3Lr4eDAySRJI9jSQTVGyydY/s640/20.jpg) |
Jalur
berdebu di persimpangan Palutungan – Apuy (Doc : Agung).
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ZEjTOpRwrxkTQvd0-TNKYoJQPmvzikzidO07fZ-2brtA3OxH4EhP5QVM_n0LBBWz2VGAMoRM4cTaQO3ffJU2tVDjAgbwiGa2ORFsURTuLDyk4kQZvpGE388lVmsytYFX5VJnwdBc_7rl/s640/72.JPG) |
Setibanya
di shelter Cigowong, kami langsung
memasak beberapa bahan makanan sekaligus mengisi air.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3REnfFODM1MArrxT3Zr8tBy2cES7tIFPETyNLJFpN9ODtuEJWy8_koMBMceRGKWvN-PiPwsmZa2dPlAE_h0XnkF5F5UugSQNuyTDqqR_n5gHqPALq57cRzcVn8L_N-nqsABu9-RIrLna8/s640/71.JPG) |
Sepertinya
mie instant kurang mendapat tempat.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYU0LqiveFgB3Iz2vYR_lmPLDqGikZAdp_H4x6kdJxg5jCouD716AquKvIcc03v95dUMhQoSSu0nNo99ebbwIsvgP-AuglqBEAwwtZPQtQn4BvuymVOeCzygjo9HK7DlzQG4qnSUxWzSBD/s640/66.JPG) |
Mie
instant hanya sebagai appetizer saja,
sedangkan main course-nya masih tetap
nasi.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6wlxcvemqzR-MsfhZYp9uY8BhPPAtGg6HlEYLqzvCW0wAZvV3l7lLXpcMNsQT7IjJ8Stj09ZHz7Vhhzr1RoqYpbcyiW121ImLPHne9pFUPHkTgycK3Y2b-QPVH3_Y_WBDspyfUXq_rqGj/s640/67.JPG) |
Adonan
bakwan jagung hasil karya kong Usman.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3j5Z4Ynlmab_xNbngdRSGRGwD304CK8R0WSuajXzMo5Y_BdKtX2FEFEN3AIOMkpX6zfyhxQkdY1KFVU_G58xuEfizb0fMZIlTcXvCovBr2yjnFR-fF24dp9oknjO5akVeD5anClPToIoj/s640/68.JPG) |
Menggoreng
bakwan jagung bersama chef Syaiful Misbar.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Sg6M59Otsi7X0tM1V1A6FOWMP5Aoo2M_5GNxlp4JECXFupSQsMWfWjtvjXJYnoSlJGG7ImyBZ365al5pfdWqIgHQIEkm5cQAvGkkHM4iD5baCeeg7PmaGK0HTXL-ksKgFveFkJ7Z2ZwX/s640/70.JPG) |
Seperti
inilah rupa dari bakwan mendoan ala Syaiful.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgstm6xkBbpOrPQaAMsc8_rJnPHTeEXFnYXl0MujnKiKgLF0IZ1IQoi7HjlFc-Fo52Lt48qCmsTpunJ8FxOOb-NZjDjwUFHZKbePTgtjragozcuI-DnVVqUt7kXHJBxnYJzhjj8ZFAcdh1Y/s640/69.JPG) |
Gambaran
sekilas tentang orang yang kelaparan karena baru turun gunung.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjZv3r4856AZ-S8DMVlrQfYe-NOJ7dvh_JxYYqHXQ38AfrLZ5UUkmH6oetB1_0-cu2nAi4oouu6L1d5ffK-b_7PgcX46y1z5amSAnLXod5OTF-FAePaJW0GpxTA0jG_hcXboxAXkF8b6pE/s640/74.JPG) |
Pihak
TNGC sudah memberikan fasilitas sedemikian rupa untuk kenyamanan para pendaki yang
akan beristirahat ditempat itu. Sayangnya, masih ada saja pendaki yang meletakkan
sampah logistiknya didepan resort tersebut.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglz4hTdEA_gnqI5o5nH0p8t8UyZthtO2mgcq81ffV9M0jdu_079y0Fhbt0Tar7z5wivrn-2L1XBUX-AlHRLFDd57f8lTTLs-viPlxyg6qH8445ix7rTSwN0-EciWEXE-ten71bd7tFnumX/s640/75.JPG) |
Pondok
pendaki disebelah resort Cigugur yang
mampu menampung hingga puluhan pendaki.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoIm9yoqieA6mCZ8JlGBXCNND58jVAsQ_p6CUmGjdrQjIZ8VOz2Rys07iNBZXyPhY55dlh0OdgvYRo0uMx9Xf-iY3TjR5nYnNoSqVay0a99kW7xd5p9Lu4d_Bq9l4m2jaFa3_8R_gtTmoo/s640/76.JPG) |
Tiga
buah kamar kecil ini disediakan untuk keperluan mandi cuci kakus para pendaki.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Jg9K9vrV1-DQ8zMicEMjue6xQPoQBqlr-yMZCfW_XFk3csxtmPj91DnF5of-OG1RNbFcaBJkdHFC5KkriXUNt2c6uzUkx-lFnVq9eOXy5HumpQzuAAL10Qcu8i1YvZ_f9m4utOkBkmnn/s640/78.JPG) |
Tidak
hanya menjual souvenir, kaus ataupun sticker, kios ini juga menyewakan peralatan
camping untuk para pendaki.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFTAWAl4weQZJRF4r4pM6p_Fasfk4PgLGy3ZEaUiJD6Jbrrq1SqcYfOlFAaQNx4a_S4j5CaJv1TuL6gxBAonuLmODehwPyLeIQxOmDo2PwBteHqq1m7OpAXbNEXkSORd7OQROWFUThrjmz/s640/80.JPG) |
Plang
pos pendakian jalur Patulungan yang berada didepan loket pendaftaran.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi71aJJOjI2dagvNcC0-NVd3qqm-bIE0ME86_qQGHI1l8Nds7CFp3LFz76UcwFck-bUWC-ZvIIM6ojW7en9R-UxmrgvQmAm22kchvKeNnWDKHG6tkqsTaZ2NU6j8e5xnXiD03H4BkCcytC9/s640/81.JPG) |
Informasi
seputar jalur pendakian via Palutungan yang berada dibalik plang TNGC.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWLvxwqMjuiqaS1RaMS3NsMskJfYIaPinGRklYOdTVk9QGdiLas_I_BH1eeEavgMkfO3FEgj95I_ih0op12DvyoeqzpAV5nEc9mdpWj7Pagw-zNVNlzfsdVIN2JuoiVNoezrwAcBLf6DfD/s640/77.JPG) |
Bagian
depan resort Cigugur yang kaca jendelanya sudah disesaki oleh puluhan sticker pendakian ataupun organisasi pencinta
alam.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP_ITDvS7gw1Hxy4KC5HQwH8hLQpN-Aa0-0Qm-hxvJFs7sYenz_0Rr44UvP8e-Fwq3XNfXLEVpP4tr8u4f_2icw5ZOngXavfQM6FWhTqVQc0ypE04CCAY8hhm0NMS-bnHqZvQPZFJPRu9B/s640/85.JPG) |
Korban
track Salak dan Ceremai : Akankah jejak
langkahnya terhenti sampai disini...?
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0hJXEuwtMWdP21I_VlHIHyvOiU4gaE6Vo8kVAnozWIlPYimQw8QOTQYTp3_kfgxgKEpNqi5KcCNDfItKFlpsVv7MREIDwFD8lvt-ETo2EsKrFDhDk_b6V0dP1zSzdyeGfc1W8JpwVdmSg/s640/84.JPG) |
Masih
enggan untuk menyudahi mimpi.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVJRnSsZV2AEhfMqef9sASlhY6JPB7-1GcN5_1l1mPp_Mctw_PC7W3x0m_ssbVWEgS4rNHWTXIEdtpu6Qt5QHVgdZyYWfsBHSYBWpEv0AXCWBMUocH1LS6pZjsPiFvlkzX2HI-iG7t5GpZ/s640/87.JPG) |
Loket registrasi simaksi
yang terlihat masih sepi.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNsSLgl9JtajQibvhcFRXAtTqY9UKdh-7QWSxLlrlXa2j6HQM2U0ZkglPGCS6URukAnKF03x1knglTgQ65cmvmwbU5uGtP9DGlyWnHwymPqcvisAOhAdZUdkvc1vBZ0GtjWdvix65baWZp/s640/86.JPG) |
Suasana pagi hari disekitar resort Cigugur yang selalu diselimuti kabut.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTfzaeAEo19TLa5nGtlQ2W0s1T7V_ulvS093QzFc2g9hVSCPiyYwtldkP4Q2MOXJG3msNZGrsENM808rqn6GNcc9c8shRiobczX3AQwXOf5Xpl3FhyAfeJq7RVmgOm11pDa69x_GlOcWg3/s640/82.JPG) |
Tampilan resort Cigugur dari seberang jalan.
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrYbwNdsURe1JzTATsDD3a2srRl-h0WGJSMhdcEeA5ywXmlvCqHbP8TGnRimkYDuabBh_I7TBTDkJWCaqzDg5sOiLofdkjz_Y9McPgswMP0jArvWwP15Lhr1sV4jnAuk2VQefjb_M7TCoD/s640/37.JPG) |
Selepas
menikmati udara pagi Cigugur yang sejuk tertutup kabut.
|
*Thanks
To Agung For The Photos